Reporter: Ahmad Febrian, Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Ahmad Febrian
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saat mayoritas harga saham perbankan meningkat, termasuk bank-bank kecil, tidak demikian dengan Bank Jago. Padahal emiten berkode saham ARTO ini baru saja mendapat investasi baru dari Ribbit Capital.
Sepekan terakhir harga Bank Jago turun hanpir 13%. Pada Kamis (7/10) tutup di angka Rp 13.125 per saham. Melorot 3,49% dibandingkan hari sebelumnya. Jauh dibandingkan harga tertinggi pada 29 Juli 2021 di harga Rp 18.375 per saham.
Apa yang sebenarnya terjadi? Guru Besar Keuangan dan Pasar Modal Universitas Indonesia (UI) Budi Frensidy sudah beberapa kali mengimbau agar investor berhati-hati menyikapi saham-saham bank kecil yang harganya sudah jauh lebih tinggi dari harga buku.
Menurutnya, saham bank dengan price to book value (PBV) sudah terlalu tinggi diperkirakan akan cenderung turun. "PBV yang wajar untuk bank kecil hanya 1 kali -1,5 kali,"kata Budi, Rabu (6/10). Saat ini hanya Bank Capital BACA dan Bank Artagraha Intenational Tbk (INPC) yang tercatat masuk dalam kisaran wajar tersebut dengan PBV masing-masing 1,4x dan 0,6x,
Lalu ada Bank Bumi Artha (BNBA) dan Bank Ganesha (BGTG )memiliki PBV masing-masing 1,9x. Bank-bank kecil lain yang “jualan” platform bank digital sudah sangat tinggi. PBV Bank Harda (BBHI) 119 kali, Bank Jago (ARTO) 22,9 kali, saham Bank Aladin Syariah (BANK) 31,7x, Bank Bisnis Internasionalk (BBSI) 16,6x dan Bank Neo Commerce (BBYB) 9,02 x
Terkait Bank Jago, mulai muncul pertanyaan konsep kerjasama dengan Gojek. Pada keterbukaan informasi 13 September lalu, Bank Jago mengakui kerja sama dengan Gojek tidak bersifat eksklusif. Padahal selama ini Bank Jago selalu menggadang-gadang menggandeng Gojek.
Di sisi lain, Grup GoTo sendiri walau memiliki Bank Jago melalui Gojek, tetap menjadi ekosistem terbuka. GoTo Financial sudah bekerjasama dengan 20 lembaga keuangan. Bahkan Bank Jago tidak masuk dalam skema financial service GoTo Financial. Saat penggabungan Gojek dan Tokopedia, tampak GoTo Financial terdiri dari GoPay, Paylater (menggandeng fintech Findaya di GoPay), Gostore, Moka, Gosure, GoInvestasi, Seily, Midtrans dan Gobiz Plus.
Sementara bank-bank besar juga memiliki bank digital. Seperti Bank Central Asia (BCA) dengan BCA Digital atau Bank Rakyat Indonesia (BRI) dengan Bank Agro yang akan berganti nama menjadi Bank Raya. Kedua bank besar ini sudah memikliki ekosistem yang matang.
Siapa yang tak mengenal BCA? Bank ini juga terafiliasi dengan e-commerce, Blibli. Sementara BRI merupakan jagoan di sektor UMKM. Bahkan akan semakin eksis di segmen mikro setelah menjadi holding ultra mikro.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News