Reporter: Nadya Zahira | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Fintech peer to peer (P2P) lending, PT Sahabat Mikro Fintek (Samir) menyampaikan bahwa saat ini para lender Samir sudah mulai menerapkan asuransi kredit. Hal ini dilakukan demi mengikuti peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
“Namun, kami menilai hal ini harus disesuaikan oleh pertimbangan bahwa asuransi dalam fintech lending sebaiknya bersifat opsional bagi lender, bukan sebagai kewajiban,” kata CEO Samir, Yonathan Gautama kepda Kontan, Senin (24/2).
Dengan demikian, lender diberikan kebebasan untuk menggunakan asuransi kredit atas dana yang mereka pinjamkan atau tidak.
Kendati begitu, Yonathan menilai bahwa minat lender untuk menggunakan asuransi kredit belum terlalu antusias. Salah satu faktor utamanya adalah biaya premi asuransi yang relatif tinggi sehingga dianggap terlalu besar dibandingkan dengan manfaat ekonomi yang diperoleh lender pada masa mendatang.
Baca Juga: Amartha Kumpulkan Peneliti Inggris & ASEAN Bahas Strategi Adaptasi Iklim & Ekonomi
Sedangkan untuk tantangan utama dalam penerapan skema asuransi kredit di fintech lending termasuk Samir yaitu, potensi terjadinya moral hazard. Dia menuturkan dengan adanya asuransi kredit itu, terdapat kemungkinan bahwa borrower atau peminjam merasa kurang bertanggung jawab dalam memenuhi kewajiban pembayaran, karena mengetahui adanya perlindungan asuransi bagi lender.
Selain itu, Yonathan mengatakan tantangan lainnya datang dari premi asuransi yang tinggi sehingga dapat mengurangi minat lender untuk berpartisipasi dalam pendanaan, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi pertumbuhan eksosistem industri fintech P2P lending secara keseluruhan
“Tapi tentunya kami menyambut baik inisiatif OJK dalam merancang produk asuransi khusus untuk fintech P2P lending.
Namun, kami berpendapat bahwa penerapan asuransi tersebut sebaiknya memperhitungkan biaya premi asuransi dikaitkan dengan risiko gagal bayar,” jelasnya.
Yonathan menerangkan bahwa hal tersebut perlu dilakukan karena untuk menghindari cost of fund yang signifikan bagi lender dan mencegah potensi moral hazard di kalangan borrower.
“Kami percaya bahwa dengan pendekatan yang tepat dan didukung dengan dibentuknya asuransi kredit khusus bagi Pinjaman Daring (Pindar), asuransi kredit dapat menjadi alat mitigasi risiko yang efektif tanpa menghambat pertumbuhan industri,” kata dia.
Sebelumnya, Kepala Eksekutif Pengawas Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, Lembaga Keuangan Mikro dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya OJK Agusman mengatakan produk asuransi khusus yang tengah dirancang untuk fintech lending masih dilakukan pendalaman dengan pihak terkait.
"Khususnya, pendalaman dengan industri perasuransian," ujarnya dalam lembar jawaban tertulis RDK OJK, Kamis (9/1).
Lebih lanjut, Agusman menuturkan saat ini produk asuransi yang dapat digunakan untuk mitigasi risiko di industri fintech P2P lending adalah asuransi kredit.
Baca Juga: Fintech Lending Punya Hak Menagih jika Peminjam Tak Kembalikan Pinjaman
Selanjutnya: Unilever dan Nestle Bakal Menjual Bisnis Daging Nabati
Menarik Dibaca: Sekolah Ini Jadi yang Pertama Terapkan Positive Education, Ini Manfaatnya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
