kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,02   -8,28   -0.91%
  • EMAS1.318.000 0,61%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sejumlah bank besar optimistis penyaluran kredit bisa tumbuh lebih tinggi di 2022


Kamis, 28 Oktober 2021 / 06:40 WIB
Sejumlah bank besar optimistis penyaluran kredit bisa tumbuh lebih tinggi di 2022


Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah bank yang telah merilis laporan keuangan kuartal III-2021 mampu meraup untung besar. Bank juga optimistis bisnis di 2022 bisa lebih baik dibandingkan tahun ini. 

Bank Rakyat Indonesia (BRI) misalnya, berhasil mencatatkan laba bersih senilai Rp 19,07 triliun triliun hingga kuartal III-2021, naik 34,74% year on year (yoy) dibanding periode yang sama tahun lalu yang sebesar Rp 14,15 triliun. 

Perolehan laba itu ditopang oleh net interest income atau pendapatan bunga bersih yang tumbuh 26,88% yoy menjadi 72,42 triliun. 

Penyaluran kredit secara konsolidasi mencapai Rp 1.026,42 triliun hingga September 2021. Nilai itu tumbuh 9,74%% yoy dibandingkan posisi yang sama tahun lalu. 

“Kredit ini ditopang oleh kredit UMKM yang tumbuh 12,5% yoy menjadi Rp 848,6 triliun. Sehingga porsi kredit UMKM di BRI terus naik menjadi 82,67% terhadap total portofolio kredit,” ujar Direktur Utama BRI Sunarso dalam paparan secara virtual, Rabu (27/10). 

Baca Juga: Biaya dana turun, margin bunga bersih perbankan semakin mekar

Ia menambahkan, secara kualitas  BRI bisa menjaga rasio non performing loan (NPL) di level 3,28%. Dengan pencadangan NPL atau NPL Coverage mencapai 252,94%. Pencadangan itu ditetapkan dengan pertimbangan restrukturisasi yang terus melandai. 

Adapun dana pihak ketiga (DPK) tercatat sebesar Rp 1.135,31 triliun hingga sembilan bulan pertama 2021. Nilai itu ditopang oleh dana murah atau current account and saving account (CASA) sebanyak 59,60%. 

Biaya murah ini membuat biaya dana atau cost of fund turun menjadi 2,14%, paling rendah sejak BRI Berdiri.

BRI memproyeksikan kredit tumbuh 6% hingga 7% year on year (yoy) sepanjang 2021. Direktur Utama BRI Sunarso menyatakan pertumbuhan kredit bisa naik di kisaran 8% pada 2022. 

“Sumber pertumbuhannya ada dua, pertama nasabah yang sudah ada kita bimbing untuk naik kelas. Kemudian, nasabah yang belum masuk ke perbankan. Kelasnya sudah kita siapkan dengan Holding Ultra Mikro,“ paparnya.

Bank Negara Indonesia (BNI) berhasil mencatat pertumbuhan laba bersih 73,9% secara tahunan (yoy) pada kuartal ketiga 2021. Laba itu naik dari Rp 4,3 triliun pada September 2020 menjadi Rp 7,7 triliun pada September 2021. 

Direktur Utama BNI Royke Tumilaar mengatakan laba itu ditopang oleh pendapatan bunga bersih (NII) yang naik 17,6% yoy dari Rp 24,39 triliun dari menjadi Rp 28,70 triliun hingga  September 2021. 
“Pertumbuhan NII ini merupakan efek pendistribusian kredit BNI yang masih tumbuh 3,7% YoY, dari Rp 550,07 triliun menjadi Rp 570,64 triliun pada kuartal ketiga 2021. 

Juga ditopang oleh pendapatan non bunga yang tumbuh 14,2% yoy, yaitu dari Rp 8,94 triliun pada kuartal III–2020, menjadi Rp 10,21 triliun pada kuartal III-2021. 

BNI memproyeksikan kredit 2022 bisa lebih tinggi dibandingkan tahun ini. Direktur Keuangan BNI Novita Widya Anggraini bilang BNI memproyeksi kredit  tahun depan berada kisaran 7% hingga 10% yoy. 

“Didukung ekspansi debitur top tier segmen korporasi, kemudian kredit segmen menengah yang diperkiraan diproyeksi tumbuh positif lalu konsumer. Dengan adanya upaya pemerintah disertifikasi ekonomi, kami optimis tahun depan akan ada peningkatan dari industri pengolah, pertanian, perkebunan, dan perikanan,” katanya. 

Penanganan Covid-19 yang membaik telah membuat pertumbuhan permintaan kredit perbankan jadi positif sejak juni. Respon dunia usaha seperti manufaktur, perdagangan, keuangan, pasar modal, migar, dan telekomunikasi tunjukan arah pertumbuhan bisnis yang positif,” tuturnya.

Ia yakin target net interest margin (NIM) yang ditetapkan di awal tahun bisa tercapai. Direktur Keuangan BNI Novita Widya Anggraini menyatakan akan menjaga NIM di kisaran 4,7% hingga 4,9% di akhir 2021. 

“Strateginya kombinasi pendapatan kredit dan efisiensi biaya dana. Yield aset kami proyeksikan stabil dengan tambahnya utilisasi kredit baru dari debitur top tier, mengingatkan kredit konsumer berbasis digital seperti paylater,” jelasnya. 

Selain itu, BNI juga akan melanjutkan efisiensi biaya dana atau cost of fund (COF). Terlebih pencapaian COF pada kuartal ketiga 2021 berada pada level terendah dalam 10 tahun terakhir. Oleh sebab itu, BNI akan terus memperkuat dana murah atau current account and saving account (CASA). 

Langkah ini bisa menjadi pondasi yang kuat dalam menyalurkan kredit. Dalam sembilan bulan pertama 2021 ini, BNI mencatatkan NIM di level 4,8%. Pencapaian itu membaik dibandingkan posisi yang sama tahun lalu di level 4,3%. Sedangkan rasio CASA terus naik dari 65,4% di September 2020 menjadi 69,7% di September 2021.

Sedangkan Bank Central Asia (BCA) berhasil mengantongi laba  sebesar Rp 23,2 triliun sampai dengan September 2021. Nilai itu naik 15,8% yoy. Jika dibandingkan secara kuartal ke kuartal, laba Bank BCA di kuartal III naik 17,9% dari Rp 7,41 triliun jadi Rp 8,74 triliun. 

Presiden Direktur BCA, Jahja Setiaatmadja mengatakan, kenaikan laba  karena ada penurunan biaya operasional dan biaya provisi.  

Sementara itu, penyaluran kredit baru tercatat lebih tinggi dibandingkan tingkat pelunasan (loan repayment), sehingga total kredit BCA tumbuh 4,1% yoy menjadi Rp 605,9 triliun pada September 2021. 

Baca Juga: Catatkan kinerja solid hingga kuartal III-2021, berikut rekomendasi saham BBNI

Pertumbuhan kredit ditopang oleh membaiknya permintaan dari segmen korporasi dan kredit pemilikan rumah (KPR). Penyaluran kredit pada kedua segmen tersebut masing-masing naik 7,1% yoy dan 6,5% yoy yakni mencapai Rp 269,9 triliun dan Rp 95,1 triliun. 

Hal ini berkat perpanjangan relaksasi pajak pada sektor properti dan otomotif yang turut menjaga daya beli masyarakat. Bersamaan dengan stimulus pemerintah, BCA menyelenggarakan KPR BCA OnlineExpo dari 9 September hingga 10 Oktober, setelah sebelumnya digelar di sepanjang Juli 2021.  "Rata - rata per bulan tahun 2021 bisa melebihi sebelum Covid-19," ungkapnya.

Pada awal Covid-19, KPR turun dari rata - rata Rp 2 triliun menjadi Rp 800 miliar per bulan. Namun melalui pameran virtual itu, penyaluran KPR menyentuh Rp 15 triliun selama tiga bulan berjalan. 

Kredit komersial dan usaha kecil menengah (UKM) juga mampu tumbuh 1,5% yoy menjadi Rp 185,4 triliun. Sementara, kredit kendaraan bermotor (KKB) masih terkontraksi 7,6% yoy menjadi Rp 35,6 triliun. 

Adapun Bank Tabungan Negara (BTN) mampu membukukan laba bersih  Rp 1,51 triliun hingga sembilan bulan di 2021,  naik 35,32% yoy. Pertumbuhan laba bersih itu sejalan dengan meningkatnya  pendapatan margin bunga bersih (NIM) menjadi 3,52% dari 3,13% pada kuartal III 2020. 

Adapun total outstanding kredit dan pembiayaan BTN per akhir September 2021 mencapai Rp 270,27 triliun, naik 6,03%  yoy.

Direktur Utama Bank BTN, Haru Koesmahargyo mengatakan, kredit diproyeksikan tumbuh 7% yoy di 2021. Tahun depan proyeksinya naik 10%-12% yoy.    

Selanjutnya: Lebih rendah, OJK perkirakan kredit perbankan hanya akan tumbuh 4%-5% pada tahun 2021

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×