Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penyaluran kredit konstruksi perbankan hingga saat ini masih belum berjalan dengan mulus. Sejumlah perbankan masih selektif dalam menyalurkan kredit pada sektor ini.
Di sisi lain, pemerintah juga terus mendorong pertumbuhan pada sektor ini agar kredit perbankan mengalir deras terutama pada pembangunan infrastruktur.
Jika dilihat dari laporan Bank Indonesia (BI), kredit konstruksi tercatat tumbuh tipis 0,1% secara tahunan atau year on year (YoY) menjadi Rp 282,1 triliun pada Januari 2024.
Kendati tumbuh tipis, tren dari kredit konstruksi itu terlihat positif setelah tiga bulan sebelumnya yakni pada Oktober-Desember 2023 mencatatkan pertumbuhan negatif, yakni -1,0%, -0,3%, dan -0,2%.
Baca Juga: Gelar RUPST, BRI Angkat Kembali Tiga Direksi dan Mengganti Satu Komisaris
Hal ini juga nampak pada realisasi penyaluran kredit konstruksi di beberapa bank besar seperti PT Bank Tabungan Negara (BTN) yang pada tahun 2023 lalu outstanding kredit konstruksi BTN hanya mencapai Rp 18,8 triliun. Jumlah tersebut menurun 10,6% dibandingkan outstanding 2022 yang sebesar Rp 21 triliun.
Ramon Armando, Corporate Secretary BTN menjelaskan, penurunan tersebut disebabkan BTN selektif dalam pemberian kredit konstruksi.
"Kami hanya memberikan kredit konstruksi ke sektor proyek perumahan," kata Ramon kepada kontan.co.id belum lama ini.
Ramon menuturkan, di Bank BTN, kredit konstruksi yang disalurkan terkait dengan proyek perumahan yang bekerja sama dengan perseroan. Saat ini mayoritas penyaluran KPR perseroan adalah KPR Subsidi sehingga kredit konstruksi lebih diarahkan ke proyek perumahan KPR Subsidi.
Saat ini pihaknya juga masih menghindari kredit konstruksi ke pembangunan apartemen.
Dari total kredit secara keseluruhan, kontribusi kredit konstruksi disebut Ramon masih sangat kecil sekitar 5-6% saja. Tahun 2023 total kredit BTN sebesar Rp 333,6 triliun.
Sementara PT Bank Central Asia (BCA) mencatat, sektor konstruksi menyumbang 4,2% dari seluruh portofolio kredit BCA. Hingga Desember 2023, total kredit BCA naik 13,9% secara tahunan (year on year/YoY) menjadi Rp 810,4 triliun.
Baca Juga: Peluang dan Tantangan Meningkatnya Transaksi Digital Serta Peran Penting Uang Tunai
"Selaras dengan prospek perekonomian Indonesia yang positif serta likuiditas yang memadai, BCA senantiasa menerapkan prinsip kehati-hatian dalam menyalurkan kredit," ungkap Executive Vice President Corporate Communication and Social Responsibility BCA, Hera F. Haryn.
Di sisi lain, BCA mencatat rasio kredit bermasalah (NPL) di sektor konstruksi tetap terjaga sehingga secara keseluruhan, rasio kredit bermasalah (NPL) BCA tercatat sebesar 1,9% di Desember 2023.
"Ditopang oleh prospek pertumbuhan ekonomi yang positif dan likuiditas yang solid, BCA optimistis dalam penyaluran kredit dengan mempertimbangkan prinsip kehati-hatian, sehingga kualitas pinjaman tetap terjaga. BCA juga secara berkala melakukan monitoring terhadap kualitas kredit di setiap segmen," tandas Hera.
Adapun Sekretaris Perusahaan PT Bank Negara Indonesia (BBNI) Okki Rushartomo bilang, sektor infrastruktur masih menjadi salah satu sektor yang prospektif bagi BNI dengan komposisi kredit mencapai 9,7% dari total portofolio kredit.
Untuk diketahui, BNI mencatatkan penyaluran kredit mencapai Rp 695 triliun sepanjang tahun 2023. Jumlah itu bertumbuh 7,6% secara tahunan.
Selain itu, Okki menyebut kualitas kreditnya juga terus menunjukkan perbaikan dari dari 2022 di posisi 2,9% menjadi 1,6% pada akhir 2023.
"Kami memiliki debitur Top Tier dari segmen swasta dan BUMN yang kami proyeksikan permintaannya akan terus meningkat seiring dengan program pembangunan infrastruktur di Indonesia," ujarnya.
Senior Vice President Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan mengatakan, dalam menyalurkan kredit ke sektor konstruksi, bank akan lebih berhati-hati dan memilih mana yang layak untuk dibiayai terutama bila berkaca pada apa yang menimpa BUMN Karya.
"Tren tahun ini bila melihat kondisi ekonomi global, bank sepertinya akan tetap berhati-hati dalam melakukan ekspansi ke sektor konstruksi. Kredit konstruksi yang dihindari umumnya untuk proyek-proyek besar dalam jangka panjang," ucap Trioksa.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News