Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), dan PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) siap mengimplementasikan sistem dompet elektronik asal China, WeChat Pay.
"Semoga kuartal I, ini sudah terealisasi secara penuh," kata GM Electronic Banking BNI Anang Fauzie kepada Kontan.co.id pekan lalu.
Sebelumnya BNI juga telah melakukan uji coba transaksi (piloting) di Bali, dan Sulawesi Utara. Dalam uji coba, kata Anang, implementasi dilakukan sesuai Peraturan BI (PBI) Nomor 20/6/PBI/2018 tentang Penyelenggaraan Uang Elektronik.
Dimana dalam beleid tersebut dinyatakan uang elektronik yang berasal dari luar Indonesia, mesti terhubung dengan Gerbang Pembayaran Nasional.
"Rencananya adalah, mereka (WeChat) yang mengakses merchant existing BNI. Sehingga mereka yang harus menyesuaikan, dan mengikuti kode QR di Indonesia," sambungnya.
Hal ini pula yang disebut Anang membuat bank sejatinya tak perlu mengucurkan banyak dana terkait kerjasama ini. Meski demikian, Anang juga mengaku BNI belum pasang target berapa penghimpunan dana yang bisa dilakukan perseroan dari hasil kerjasama ini.
"Yang pasti kerjasama ini membuat transaksi lebih tertib, termasuk sebagai penambah devisa negara," lanjutnya.
Setali tiga uang, Direktur Bisnis Konsumer CIMB Lani Darmawan bilang, kerjasama dengan dompet digital asal China ini setidaknya bisa membantu bank memupuk dana murah atawa Current Account and Saving Account (CASA).
"Ini bagian dari pemupukan DPK CASA melalui merchant biz. Semakin banyak pengguna WeChat di dunia, sehingga diharapkan metode pembayaran bagi wisatawan asing menjadi lebih mudah ketika mereka berbelanja di Indonesia," katanya.
Meski, ia juga belum menargetkan berapa dana yang bisa dihimpun. Tapi setidaknya kerjasama ini disebut Lani bisa turut mendukung pariwisata Indonesia. Dan di lain sisi juga membantu bank memupuk dana, khususnya terkait digital banking.
"Tahun lalu transaksi digital kami tumbuh sekitar 40%," sambungnya. Seperti BNI, CIMB juga menargetkan pada kuartal I/2019 implementasi ini bisa berjalan penuh.
Baik Anang maupun Lani juga sepakat bahwa kerjasama ini tak sekadar mandatori regulasi dari Bank Indonesia. Sebab mereka sejatinya memang melihat ada prospek bisnis. Asal tahu, sebelum diatur melalui regulasi di Bank Indonesia, banyak wisatawan asal China yang kerap menggunakan WeChat Pay maupun Alipay ketika bertransaksi di Indonesia.
Sementara dari data Kementerian Pariwisata sepanjang 2018, hingga September ada 1,6 juta wisatawan asal negeri tirai bambu yang datang ke Indonesia, dari total 9,7 juta wisatawan asing yang mengunjungi Indonesia.
Di sisi lain, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) baru menandatangani MoU terkait kerjasama serupa dengan Alipay. "Kita baru tandatang MoU, belum uji coba karena masih banyak yang harus diurus, termasuk soal perizinan," kata Direktur Konsumer Handayani.
Saat ini, perseroan kata Handayani juga masih menyiapkan infrastruktur IT agar dapat menyinkronisasikan sistem Alipay dengan Sistem pembayaran di Indonesia.
Sementara teknisnya, kemudahan yang bisa didapatkan wisatawan asing yang menggunakan Alipay dan telah terintegrasi dengan BRI akan mendapatkan harga melalui rupiah meski saldo Alipaynya bermata uang asing.
"Kalau sudah di Indonesia, pasti denominasinya ke rupiah. Nanti ketika kita tagihkan kepada mereka (Alipay) baru dalam bentuk mata uang mereka. Tapi kita akan membaca transaksi ekuivalen rupiah," jelasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News