Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah bank tetap menjadikan kredit produktif sebagai andalan penyaluran kredit di tahun ini. PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk (Bank Jatim) semisal, optimistis kredit produktif masih bisa didongkrak pada tahun ini.
Direktur Keuangan Bank Jatim Ferdian Timur Satyagraha mengatakan, dari seluruh kredit produktif, kredit modal kerja masih jadi tumpuan dibandingkan kredit investasi. "Tahun ini, prospek kredit investasi ada beberapa yang sudah proses, namun masih dominan untuk kredit modal kerja," katanya kepada Kontan.co.id, Selasa (12/2).
Lebih lanjut, Ferdi sapaan akrab Ferdian ini menyebut, di tahun 2019 sektor yang paling prospektif antara lain perdagangan serta konstruksi. Di tahun lalu, porsi kredit modal kerja Bank Jatim mencapai 22% dengan pertumbuhan mencapai 8,7% secara year on year (yoy).
Sementara porsi kredit investasi lebih rendah yakni 8% terhadap total kredit Bank Jatim. Kenaikannya pun masih rendah sebesar 5,5% secara tahunan. Bank berkode emiten BJTM ini optimistis tahun ini kredit bisa terdongkrak naik minimal 9,5% dibandingkan tahun 2018.
Sebagai catatan, tahun lalu Bank Jatim membukukan penyaluran kredit sebesar Rp 33,89 triliun atau tumbuh 6,74% secara yoy. Dari jumlah tersebut, sebanyak Rp 12,32 triliun atau 36,35% merupakan kredit produktif dengan pertumbuhan sekitar 9,6% yoy. Sedangkan sisanya merupakan kredit konsumer.
PT Bank OCBC NISP Tbk juga optimistis kredit produktif bisa tumbuh dua digit tahun ini. Presiden Direktur OCBC NISP Parwati Surjaudaja mengatakan, pada tahun lalu jenis kredit ini sudah tumbuh 12% secara yoy.
Asal tahu saja, kredit produktif tercatat mengambil porsi sebesar 88% dari total kredit OCBC NISP yang mencapai Rp 117,83 triliun. Mayoritas kredit produktif OCBC NISP masuk ke segmen kredit modal kerja atau sekitar 47%. Sementara porsi kredit investasi sebesar 41% dan sisanya konsumer.
Parwati mengatakan, kredit investasi bakal tumbuh lebih pesat tahun ini. "Harapannya tahun ini kredit investasi akan meningkat termasuk dari sektor manufaktur," katanya.
Sekadar informasi, Bank Indonesia (BI) dalam analisis uang beredar mencatat, total kredit produktif tahun 2018 menembus Rp 3.797,3 triliun. Jumlah tersebut naik 12,29% dibandingkan pencapaian tahun sebelumnya yaitu Rp 3.381,6 triliun.
Dari jumlah tersebut, mayoritas didominasi kredit modal kerja dengan realisasi yang mencapai Rp 2.501,4 triliun atau 65,87% dari total kredit produktif.
Bila dirinci, sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) merupakan penyumbang terbesar kredit produktif di tahun lalu dengan realisasi sebesar Rp 1.091,9 triliun. Jumlah tersebut meningkat 9,35% secara yoy. Selain PHR, sektor industri pengolahan juga menyumbang cukup besar mencapai Rp 876 triliun atau naik 8,96% dari tahun sebelumnya Rp 803,9 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News