Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sepanjang akhir tahun 2019 lalu, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat rasio kredit bermasalah ada di level 2,5% secara gross. Dalam paparannya, Kamis (16/1) lalu Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso menyebut posisi tersebut meningkat dari periode tahun 2018 sebesar 2,4%. Adapun, NPL net ikut meningkat 20 basis poin (bps) secara tahunan menjadi 1,2%.
Kendati risiko kredit masih terbilang rendah, OJK menegaskan pihaknya akan terus mencermati perkembangan risiko kredit ke depan. Terutama pada sektor-sektor yang terdampak langsung oleh perang dagang, serta proses restrukturisasi kewajiban beberapa korporasi besar. Adapun, di tahun 2020 pihak regulator menilai rasio NPL masih akan tetap terjaga di level tersebut. Hal ini tentunya dengan asumsi kredit tumbuh di kisaran 10%-12%.
Baca Juga: Lakukan top up, OVO kenakan fee Rp 1.000 mulai Maret mendatang
Senada dengan OJK, industri perbankan mengaku sudah siap menggawangi laju NPL. Apalagi, dengan adanya aturan PSAK 71, otomatis rasio pencadangan perbankan bakal ikut menebal. Artinya, risiko kredit pun dapat lebih termitigasi dibanding tahun-tahun sebelumnya.
Presiden Direktur PT Bank OCBC NISP Tbk Parwati Surjaudaja menyebut, di tahun 2020 ini NPL perusahaan akan ada di bawah 2%. Proyeksi ini diakuinya setara dengan pencapaian di 2019 lalu.
"Bank akan senantiasa melaksanakan prinsip kehati-hatian di samping memantau perkembangan debitur," tuturnya kepada Kontan.co.id, Senin (20/1). Rasio pencadangan alias coverage ratio perseroan juga bakal dijaga tinggi yakni di atas 200%.
Serupa, Direktur Bisnis PT Bank Mayapada Internasional Tbk Andreas Wiryanto memproyeksikan NPL akan turun hingga ke bawah 3% tahun ini.
Baca Juga: Kasus pembobolan rekening Ilham Bintang, begini penjelasan Bank Commonwealth
Catatan saja, sampai dengan 2019 lalu posisi NPL Bank Mayapada mencapai 3,46% untuk gross dan 1,63% untuk net. Turun dari tahun sebelumnya yang sempat menyentuh 5,54% gross dan 3,26% net.
Alih-alih untuk menekan laju NPL, perseroan juga telah mengalokasikan cadangan untuk mengantisipasi kemungkinan kerugian target. "Kami menargetkan coverage ratio di atas 100%," ungkapnya. Proyeksi ini naik ketimbang pencadangan tahun 2019 yang baru sebesar 89%.
Nah, salah satu strategi bank bersandi MAYA ini dalam menjaga NPL antara lain dengan memperketat pinjaman dalam mata uang dolar AS untuk mengantisipasi risiko nilai tukar. "Kami juga punya strategi way out, yang fokus pada agunan dalam bentuk uang tunai, atau tanah dan bangunan," sambungnya.
Baca Juga: Bank daerah dikabarkan dapat kelonggaran dalam ketentuan peningkatan modal
Setali tiga uang, Sekretaris Perusahaan PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat Tbk (Bank BJB) M. Asadi Budiman menyebut di akhir 2019 lalu NPL perseroan akan ada di level 1,5%-1,6%. Jauh lebih rendah dibandingkan rata-rata industri perbankan.
"Coverage ratio akan kami jaga mengikuti PSAK 71, yaitu minimal 100%," terang Budiman. Kendati belum memasang target NPL, pihaknya berharap di 2020 rasionya akan terus menurun.
Nah, agar lebih bersiap untuk membentuk tambahan cadangan. Bank BJB juga punya rencana penerbitan junior bond di tahun 2020. Bila berjalan sesuai rencana, nilai obligasi tersebut diperkirakan mencapai Rp 1 triliun.
Baca Juga: Dukung Qanun Aceh, BTN konversi empat kantor syariah
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News