Reporter: Aulia Ivanka Rahmana | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kondisi pasar otomotif memiliki multiplier effect terhadap asuransi kendaraan. Namun, penjualan kendaraan tampak masih lesu pada awal tahun ini. Padahal, lini bisnis ini menjadi salah satu kontributor yang cukup besar bagi perusahaan asuransi umum.
PT Asuransi Simas Insurtech menyampaikan, penurunan daya beli masyarakat khususnya untuk industri kendaraan bermotor cukup berdampak pada segmen asuransi kendaraan sejak tahun lalu.
Salah satu yang menjadi fokus perusahaan untuk menghadapi tantangan ini adalah menaikkan layanan yang lebih baik untuk lini bisnis asuransi kendaraan bermotor serta berfokus pada target pendapatan premi.
Direktur Utama Simas Insurtech, Teguh Aria Djana mengatakan, selain masih menunggu peran dari pemerintah untuk mendongkrak kinerja asuransi kendaraan, salah satu wacana asuransi Third Party Liability (TPL) dinilai sangat memberikan dampak positif bagi asuransi umum.
Baca Juga: Genjot Kinerja Asuransi Kendaraan, Simak Strategi Asuransi Cakrawala Proteksi (ACPI)
"Diversifikasi produk asuransi menjadi salah satu strategi untuk solusi di tengah penurunan market otomatif. Misalnya tidak hanya asuransi kendaraan, kami bisa mempromosikan bundling produk asuransi lain dengan pembelian asuransi kendaraan ini," ujarnya kepada Kontan, Senin (17/2).
Seperti misalnya, memberikan tambahan asuransi rumah ataupun kecelakaan diri. Selain itu tambahan service seperti layanan darurat (Emergency Roadside Assitance) juga akan menambah nilai jual di masyarakat.
Selain itu, perusahaan terus berupaya untuk memperkuat proses underwriting, dengan analisa data berbasis teknologi untuk memantau tren risiko seperti klaim dan frekuensi kecelakaan.
Baca Juga: Simas Insurtech Catat Pendapatan Premi Asuransi Kendaraan Rp 23 Miliar pada 2024
Pada Januari 2025 pendapatan premi asuransi kendaraan Simas Insurtech tercatat senilai Rp 5 miliar. Adapun di sepanjang tahun ini, perusahaan menargetkan pendapatan premi asuransi kendaraan bisa mencapai Rp 50 miliar,
Sebagai perbandingan, hingga akhir Desember 2024, pendapatan premi asuransi kendaraan tercatat senilai Rp 23 miliar. Teguh mengklaim pendapatan premi tersebut mengalami penurunan. Sebab, perusahaan telah memperketat dari sisi underwriting.
"Jika pemangkasan anggaran pemerintah termasuk pada anggaran kendaraan operasional, tentu ini bisa ada berdampak juga, tapi kami tidak ada tertanggung untuk asuransi kendaraan bermotor dari kementerian atau pemerintah," lanjutnya.
PT Asuransi Cakrawala Proteksi Indonesia (ACPI) berharap bisnis asuransi kendaraan bermotor bisa melanjutkan pertumbuhannya pada tahun ini. Salah satu upaya yang perusahaan lakukan adalah mengoptimalkan dan menambah saluran distribusi yang dimiliki perusahaan.
Wakil Presiden Direktur ACPI Nico Prawiro mengatakan, akan mengoptimalkan saluran distribusi pembiayaan, perbankan, agen serta kantor-kantor perusahaan yang tersebsar di 38 kota.
"Target kami untuk kinerja asuransi kendaraan bisa naik 15% secara year on year (YoY) pada tahun ini. Kami berharap kestabilan politik dan target pemerintah akan pertumbuhan ekonomi di 8%," kata Nico kepada Kontan, Senin (17/2).
Nico bilang, inflasi yang rendah dan suku bunga yang turun, serta produk baru dari kendaraan bermotor akan memicu daya beli konsumen yang saat ini terus melemah. Sebab, ia menilai terdapat kecendrungan para konsumen masih wait and see karena perkembangan ekonomi saat ini.
"Kami harapkan juga agar pemerintah bisa membuat stimulus kebijakan untuk mendukung penjualan mobil seperti, insentif pembebasan PPN atas mobil mobil konvensional dan mobil listrik sehingga bisa memicu daya beli," tuturnya.
ACPI mencatat pendapatan premi asuransi kendaraan bermotor mengalami pertumbuhan sebesar 8% secara year on year (YoY) di sepanjang tahun 2024. Sayangnya, perusahaan belum bisa menjelaskan besaran nilainya. Adapun asuransi kendaraan ACPI berkontribusi sebesar 40% terhadap total pendapatan premi perusahaan.
Asal tahu saja, di awal tahun ini kinerja sektor otomotif masih lesu. Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mencatat penjualan wholesales (pabrik ke diler) mobil nasional awal tahun ini tercatat turun 11,3% yaitu dari 69.843 unit pada Januari 2024 menjadi 21.843 unit pada Januari 2025. Bukan hanya secara tahunan, penjualan wholesales mobil nasional pada Januari 2025 juga lebih rendah 22,5% dibandingkan bulan Desember 2024 yaitu sebanyak 79.806 unit.
Sementara itu, penjualan retail (diler ke konsumen) mobil nasional menyusut 18,6% dari 78.437 unit pada Januari 2024 menjadi 63.858 unit pada Januari 2025. Hasil penjualan retail mobil nasional pada Januari 2025 juga lebih rendah 22,2% dibandingkan Desember 2024 yaitu 82.094 unit.
Baca Juga: Pemain Asuransi Berharap Stimulus Demi Genjot Premi Asuransi Kendaraan
Selanjutnya: Menabung Sambil Ditemani Grup Idola di Tabungan Bebas Biaya Kolaborasi JKT48
Menarik Dibaca: Makanan agar Kulit Glowing dan Awet Muda? Berikut 5 Rekomendasinya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News