Reporter: Ahmad Febrian | Editor: Ahmad Febrian
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Teknologi menjadi andalan bank. Tidak saja perbankan konvensional, tapi juga perbankan syariah. Salah satunya adalah Bank BTPN Syariah. Bank dengan kode saham BTPS ini adalah bank umum syariah pertama yang fokus menghimpun dana dari keluarga sejahtera dan menyalurkan kepada keluarga prasejahtera produktif sejak tahun 2010.
Seluruh nasabah prasejahtera BTPN Syariah adalah perempuan. Salah satunya adalah Desak Nyoman Yayu. Wanita berusia 55 tahun asal Kuta Utara Bali ini, sebelum mengenal BTPN Syariah, ia meminjam uang ke renternir. Namun, bukan untung, ia malah kehabisan modal. "Saya pinjam kepada 10 renternir. Tapi lama kelamaan modal saya malah habis untuk bayar utang ke mereka," kata Desak, dalam penjelasannya belum lama ini.
Ia harus membayar bunga sangat tinggi. Baru kemudian Desak tertarik mengikuti program BTPN Syariah. Meski beragama Hindu, Desak sangat senang mendapat pembiayaan dari BTPN Syariah.
Desak lalu berjualan sayur. Dan ketika Covid 19, banting setir ke jualan ikan basah di Kuta Utara, Bali. Perputaran dari usaha ikan basah ini antara Rp 3 juta sampai Rp 4 juta per hari. Desak mampu membayar sewa lapak Rp 500.000. "Dulu, sebelum mengenal BTPN Syariah, saya tidak bisa tidur nyenyak. Sekarang, saya bersyukur sekali bebas dari renternir dan mampu mengkuliahkan dua anak saya," terang Desak.
Meski berbasis syariah, sisi menarik dari para kelompok sejahtera ini adalah mereka berasal dari latar belakang apapun. Maka, BTPN Syariah bisa mencetak pertumbuhan di Bali. Kendati mayorítas berpenduduk Hindu, perkembangan nasabah prasejahtera di bali cukup pesat. Sampai Desember 2021 sudah terhimpun dana pihak ketiga sebesar kurang lebih Rp 62 miliar
Dengan dana yang terhimpun ini BTPN Syariah membuka akses pembiayaan kepada perempuan keluarga prasejahtera produktif. Hingga Desember 2021, sudah ada kurang lebih 23.000 nasabah pembiayaan yaitu perempuan keluarga prasejahtera produktif di Bali dan sekitarnya. Dengan penyaluran pembiayaan n kurang lebih Rp 60,5 Miliar.
Direktur BTPN Syariah, Fachmy Achmad mengatakan, basis nasabah non-muslim juga tercatat di Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT). Masyarakat menerima program bank berbasis syariah karena memang saling menguntungkan dan banyak memberikan manfaat.
"Bisnis perbankan syariah, memang tidak terkait agama, meskipun menggunakan akad sesuai hukum Islam. Yang penting, usaha nasabah pembiayaan ultramikro adalah jenis usaha halal. Misalnya, tidak menjual daging babi atau alkohol,” tegas Fachmy, pekan ini.
Dalam melakukan pemasaran, BTPN Syariah memiliki bankir pemberdaya di lapangan yaitu community officer. Inilah bankir yang semuanya perempuan. BTPN Syariah mempersiapkan teknologi yang mudah digunakan, paling tepat sesuai kapasitas dan kemampuan adaptasi mereka
Perjalanan digital nasabah inklusi dimulai dari aplikasi termuktahir yang digunakan oleh petugas lapangan atau community officer. Para bankir pemberdaya itu para Kartini yang melayani, memberi pengaruh yang baik kepada para nasabah untuk terus beradaptasi dengan teknologi
Bertepaatan dengan Hari Kartini di bulan Ramadan, teknologi dapat menjadi bagian penting dalam menebarkan kebaikan semakin relevan. Oleh karena itu, lewat aplikasi ini nantinya nasabah pendanaan tidak hanya semakin mudah dalam melakukan transaksi keuangan, tetapi juga dapat memulai langkah kebaikan untuk terlibat dalam memberdayakan nasabah inklusi melaui fitur-fitur kebaikan yang dikembangkan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News