Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Guna menyelamatkan PT Asuransi Jiwasraya (Persero), Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) bakal membentuk holding asuransi. Berpacu dengan potensi klaim yang akan semakin mengunung, pemerintah tengah merancang peraturan pemerintah (PP) tentang holding asuransi.
Kementerian BUMN telah mengkalkulasikan, setidaknya dalam satu tahun holding asuransi mampu memberikan cashflow sebesar Rp 1,5 triliun hingga Rp 2 triliun per tahun. Dana itu nantinya akan digunakan untuk membayarkan klaim.
Baca Juga: Kasus menyeruak, agen Jiwasraya berdondong-bondong pindah ke asuransi lain
“Induk holding nanti Bahana. Prosesnya sedang pembuatan PP sekarang. Anggotanya ada Askrindo, Jasa Raharja, Jasindo,” ujar Wakil Menteri BUMN Kartika Wirdjoatmodjo di Jakarta pada Kamis (16/1).
Hal ini juga diamini oleh Kepala Eksekutif Pengawas Industri Keuangan Non-Bank (IKNB) OJK Riswinandi yang mengaku ikut terlibat dalam penggodokan dasar hukum pembentukan holding asuransi BUMN.
“Juga direncanakan holding asuransi khususnya di asuransi BUMN. Ini sedang di-follow up dan OJK juga partisipasi dalam penyusunan PP-nya nanti ada proses alih saham. Pembentukan holding-nya dan bagaimana OJK bisa mengawasinya. Kita ikut melihat bagaimana pembentukan holding ini agar tidak menyimpang. Ini masih proses dan kita beri waktu,” jelas Riswinandi.
Baca Juga: Menkeu akan lihat opsi BUMN urus keuangan Jiwasraya dan Asabri
Asal tahu saja Asuransi JS Saving Plan milik Jiwasraya telah mengalami gagal bayar terhadap Klaim yang telah jatuh tempo sudah terprediksi oleh BPK-RI sebagaimana tertuang dalam Laporan Hasil Pemeriksaan dengan tujuan tertentu atas pengelolaan bisnis asuransi, investasi, pendapatan dan biaya operasional.
Kejaksaan Agung menilai adanya pelanggaran prinsip kehati-hatian dalam berinvestasi yang dilakukan oleh Jiwasraya yang telah banyak melakukan investasi pada aset-aset berisiko tinggi untuk mengejar keuntungan tinggi.
Mulai dari Penempatan Saham sebanyak 22,4% senilai Rp 5,7 Triliun dari Aset Finansial. Dari jumlah tersebut, 5% dana ditempatkan pada saham perusahaan dengan kinerja baik (LQ 45).
Baca Juga: Asabri bantah tuduhan korupsi
Sedangkan sebanyak 95% nya dana ditempatkan di saham yang berkinerja buruk.
Lalu penempatan Reksadana sebanyak 59,1% senilai Rp 14,9 Triliun dari Aset Finansial. Dari jumlah tersebut, 2% nya yang dikelola oleh manajer investasi Indonesia dengan kinerja baik. Sedangkan 98% nya dikelola oleh manajer investasi dengan kinerja buruk.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News