Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejak hadir di penghujung 2021, layanan fast payment milik Bank Indonesia, yaitu BI Fast, kian populer di kalangan masyarakat. Penggunaannya yang semakin masif tidak jauh-jauh karena tarifnya yang jauh lebih murah.
Seperti diketahui, biaya BI Fast untuk layanan transfer antar bank adalah senilai Rp 2.500. Di mana, pada awal peluncurannya, itu diperkirakan bakal menggerus pendapatan bank dari layanan transfer tersebut.
Untuk pembagian komisinya, BI hanya menarik biaya senilai Rp 19. Sementara, sisanya yang senilai Rp 2.481 masuk ke pendapatan bank atau lembaga keuangan penyelenggara.
Baca Juga: BNI Berkomitmen Dukung Kebijakan BI
Namun, dengan volume transaksi yang terus meningkat, layanan BI Fast kini diperkirakan mampu kembali mendongkrak pendapatan bank. Di mana, selama sepuluh bulan di 2024, volume transaksi BI Fast telah mencapai 2,7 miliar dengan nilai hingga Rp 7.114 triliun.
Direktur Teknologi Bank Mandiri Timothy Utama menyadari bahwa kalau melihat pendapatan dari per transaksi memang turun. Namun, sebenarnya itu sudah tertutup dengan volume transaksi yang terus meningkat.
Timothy bilang sejak tiga tahun terakhir meluncur, penggunaan BI Fast di Livin by Mandiri masih mampu tumbuh sekitar 25% secara tahunan. Sayangnya, ia tak menyebut volume transaksinya secara pasti.
“Secara fee based dari BI Fast ini naik terus karena tertutup dengan volume yang semakin besar. Jadi sekarang ini fee based kami semakin tinggi dari sebelum ada BI Fast,” ujar Timothy, Rabu (11/12).
Baca Juga: Begini Cara Dorong Pertumbuhan Kas di Tabungan Bebas Biaya Bunga Spesial
Tak hanya dari sisi pendapatan, Timothy juga melihat kualitas BI Fast sendiri sudah semakin baik jika dibandingkan dengan kondisi awal-awal. Menurutnya, ini dikarenakan Bank Indonesia terus melakukan perbaikan dan mendengarkan apa yang diinginkan industri.
Sependapat, SEVP Digital Bussines BTN Thomas Wahyudi mengataka, layanan BI Fast masih memiliki peluang besar untuk terus berkembang tahun depan. Hal ini didorong oleh kebutuhan masyarakat yang semakin tinggi akan layanan transfer antar bank.
Dampaknya, realisasi penggunaan BI Fast di BTN menunjukkan tren pertumbuhan positif. Hingga November 2024, volume transaksi BI Fast meningkat sebesar 50% secara YoY, dengan frekuensi transaksi mencapai lebih dari 3,6 juta transaksi per bulan.
Baca Juga: Seimbangkan Risiko Investasi dan Raih Cashback Spesial dari Tabungan Bebas Biaya
Jika dengan hitung-hitungan biaya yang didapatkan bank dari BI Fast, maka BTN mendapatkan pendapatan sekitar Rp 8,93 miliar per bulan.
“Pertumbuhan ini didorong oleh strategi kami dalam memperluas pemanfaatan layanan digital, salah satunya melalui program bale be free yang memberikan cashback biaya admin bagi nasabah BTN untuk transaksi BI Fast,” ujar Thomas.
Lebih lanjut, ia menegaskan bahwa biaya yang ditetapkan untuk BI Fast saat ini sudah cukup terjangkau harga. Alasannya, bank juga perlu melakukan investasi sistem dan teknologi untuk memastikan layanan yang nyaman dan cepat.
Baca Juga: Bank Digital Genjot Fee Based Income
Sementara itu, Chief of Network & Digital Banking CIMB Niaga Budiman Tanjung mengungkapkan bahwa pertumbuhan pengguna BI Fast dari tahun ke tahun bakal semakin melambat. Bukan tanpa alasan, ini dikarenakan penggunanya saat ini sudah banyak.
Meski demikian, ia melihat pertumbuhan transaksi BI Fast di CIMB Niaga untuk tahun depan masih bisa naik sekitar 30%. Namun, menurutnya itu akan lebih lambat dari pertumbuhan tahun ini.
“Tentu ke depan akan semakin banyak pengguna BI Fast,” tandasnya.
Selanjutnya: Pemerintah Berhasil Raup Setoran Pajak Digital Rp 31,05 Triliun Hingga November 2024
Menarik Dibaca: Hujan Petir Guyur Daerah Ini, Berikut Proyeksi Cuaca Besok (13/12) di Jawa Timur
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News