Sumber: KONTAN |
JAKARTA. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) akan merealisasikan rencana penerbitan obligasi subordinasi (subdebt) di semester kedua tahun ini. BRI kini menggulirkan agenda persiapan penerbitan obligasi senilai Rp 2 triliun itu, seperti pemilihan penjamin emisi atau underwriter.
Direktur Keuangan BRI Abdul Salam mengatakan, BRI kemungkinan memilih perusahaan yang berstatus Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sebagai underwriter. BRI mengutamakan BUMN untuk melakukan sinergi seperti yang diminta Kantor Menteri Negara BUMN. “Mungkin perusahaan BUMN bisa gotong royong, seperti Danareksa Sekuritas, Mandiri Sekuritas, dan Bahana Securities,” ujar Abdul, Rabu (24/6).
Abdul menjelaskan, subdebt yang bakal diterbitkan BRI tak jauh berbeda dengan subdebt yang diterbitkan kebanyakan perusahaan lainnya. Subdebt BRI itu akan berjangka waktu 10 tahun dengan fasilitas call option di tahun kelima.
Agenda persiapan lainnya tentunya menentukan imbal hasil alias yield. Abdul mengakui, subdebt BRI harus memberikan yield yang menarik bagi investor. "Tapi bagaimana yield yang atraktif bagi investor itu, tidak memberatkan kami," ujarnya. Merujuk ke tren imbal hasil surat utang saat ini, Abdul menyatakan, imbal hasil yang akan diberikan subdebt BRI akan berada di kisaran 10%-11% per tahun.
BRI berniat menerbitkan subdebt untuk meningkatkan modal. Dengan menerbitkan subdebt senilai minimal Rp 2 triliun, maka rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) BRI akan terangkat sekitar 1%. CAR BRI sekarang sebesar 14%.
Rencana peningkatan modal ini merupakan langkah BRI mengantisipasi pemberlakuan Basel II dalam perhitungan modal bank. Bank Indonesia (BI) mengharuskan perbankan menghitung modalnya berdasar Basel II di akhir 2010 nanti.
Dalam Basel II, bank harus memasukkan risiko operasional, risiko kredit, dan risiko pasar saat menghitung modal. Jika dihitung dengan metode Basel II, CAR bank biasanya akan lebih kecil dibandingkan hasil perhitungan terkini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News