kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sepakat Ekonomi 2023 Menantang, Bankir Kompak Bisnis Tahun Depan Tetap Tumbuh


Minggu, 30 Oktober 2022 / 19:43 WIB
Sepakat Ekonomi 2023 Menantang, Bankir Kompak Bisnis Tahun Depan Tetap Tumbuh
ILUSTRASI. Nasabah melakukan kegiatan transaksi di Bank Cimb Niaga Jakarta,


Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bankir sepakat 2023 akan lebih menantang di tengah tekanan ancaman resesi global dan tren kenaikan suku bunga. Kendati demikian, mereka masih melihat peluang pertumbuhan bisnis di tahun depan.

Direktur Utama CIMB Niaga Lani Darmawan menyatakan telah mewaspadai hal ini dan tetap optimistis bisnis kredit dan pembiayaan akan bertumbuh. Ia menyatakan secara domestik, peluang pertumbuhan ekonomi Indonesia masih besar.  

CIMB Niaga juga melihat masih banyak produk, segmen, dan area untuk melakukan pertumbuhan bisnis, tanpa mengubah risk appetite yang dimiliki. Ia optimis kredit masih akan tumbuh tahun depan walaupun untuk saat ini ia belum menargetkan dobel digit.

Baca Juga: Kinerja Moncer Emiten Tambang dan Perbankan Diproyeksi Berlanjut Hingga Akhir Tahun

“Tapi untuk tumbuh 8% hingga 9% harusnya bisa (2023), nanti bisa direvisi. Motornya masih dari ritel seperti kredit pemilikan rumah (KPR) dan kredit kendaraan bermotor (KKB) dan UMKM,” papar Lani pekan lalu.

Ia yakin penyaluran kredit ke sektor UMKM juga bisa tumbuh dobel digit. Sedangkan untuk non ritel baik wholesale maupun komersial, Lani masih melihat kondisi pasar.

Oleh sebab itu, CIMB Niaga akan menyasar segmen FMCG (Fast Moving Consumer Goods), manufaktur, telekomunikasi, dan perusahaan BUMN untuk non ritel. Guna mencapai target ini, CIMB Niaga akan terus memperkuat dana murah atau current account and saving account (CASA).

Tujuannya, agar bisa memiliki daya saing dalam pricing (bunga) di pasaran. Dengan demikian, CIMB Niaga bisa mendapatkan debitur yang berkualitas.

Direktur Keuangan BNI Novita Widya Anggraini menyatakan, masih menyusun rencana bisnis bank (RBB) 2023. Kendati demikian, ia menyatakan BNI akan tumbuh secara konservatif dengan menargetkan pasar yang dalam jangka panjang yakni top tier korporasi beserta value chainnya.

"Secara guidance, kita (kredit) tumbuh 7% hingga 9%. Kita akan menjaga net interest margin (NIM) di level 4,5% hingga 4,7% dan pertumbuhan kredit kita lakukandengan strategi pertumbuhan yang konservatif dan segmen yang menguntungkan baik dari sisi margin, dan kita jaga kualitas aset," ujar Novita.

Ia menyatakan, non performing loan (NPL) BNI tren terus membaik dari 3,8% di September 2021 menjadi 3,0% di sembilan bulan pertama 2022. Ia berharap NPL ini akan terus membaik hingga bisa ditekan ke level di kisaran 2,5%.

“Ini akan ada implikasi efisiensi dari ssisi biaya kredit maupun biaya dana. Ini sudah termasuk memperhitungkan bila stimulus OJK diberhentikan di tahun depan," jelasnya.

Baca Juga: Cek Rekomendasi Saham Bank Pilihan, Mayoritas Valuasi Masih Murah

Dalam memacu kinerja kredit, Novita menyatakan salah satu strateginya dengan fokus menggarap debitur top tier, atau regional champion dengan segmen industri yang prospektif. Hal ini, diikuti dengan beijikan manajemen risiko yang prudent.

Direktur Keuangan Bank Mandiri Sigit Prastowo optimis penyaluran kredit dan himpunan dana pihak (DPK) lebih tinggi dari industri di 2023. Strateginya dengan tumbuh pada value chain di dalam ekosistem wholesale Bank Mandiri.

“Kami akan terapkan prinsip-prinsip untuk tumbuh secara agresif tapi prudent, dengan menetapkan strategi loan follow transaction, fokus pada kekuatan regional, juga kita ingin banyak porsi kredit yang dicover dengan kolateral yang baik,” ujar Sigit.

Dalam mendorong DPK, Bank Mandiri mengandalkan layanan digital Livin’ dan Kopra dalam mendorong CASA. yang saat ini memiliki rasio 73%. Lewat strategi ini, Bank Mandiri akan menjaga rasio CASA di level 73% hingga 75% untuk beberapa tahun kedepan.

“Kami melihat, tingginya CASA juga sangat bantu jaga biaya dana atau Cost of Fund (CoF) di tengah kenaikan suku bunga acuan. Sisi lain sebagai bank wholesale, sebagian besar portofolio bank mandiri adalah variabel rate yang artinya kami akan mengikuti suku bunga acuan seperti JIBOR,” jelasnya.

Sehingga Bank Mandiri melihat  yield of loan akan tetap naik, sehingga ada potensi kenaikan rasio pendapatan bunga bersih atau net interest margin (NIM) di 2023. Dari sisi likuiditas, Bank Mandiri melihat loan to deposit ratio (LDR) sedikit meningkat dibandingkan 2022.

Namun bank bersandi saham BMRI ini akan menjaga LDR  di bawah 90% tahun depan. Adapun saat ini, LDR Bank Mandiri ada di posisi 83%.

Baca Juga: Bank Sentral China Menegaskan Kembali akan Meningkatkan Dukungan Ekonomi Riil

Adapun Presiden Direktur Bank BCA Jahja Setiaatmadja menyatakan, masih optimistis dengan bisnis di 2023 masih pun masih ada tantangan. Terlebih, melihat pencapaian hingga September 2022, BCA berhasil membukukan pertumbuhan kredit 12,6% yoy.

“Mudah-mudahan dengan presentasi yang kurang lebih sama, kita bisa di 2023 tapi harus tetap berhati-hati. Meskipun tantangan masih ada, tidak mudah untuk memilah-milah sektor mana saja yang berpeluang sulit untuk ditentukan sekarang,” paparnya.

Namun, dengan jumlah populasi Indonesia sekitar 260 juta jiwa, maka sektor konsumsi masih akan selalu dibutuhkan. Baik untuk kebutuhan rumah hingga gaya hidup berupa fesyen. Ia juga melihat, sektor wisata akan semakin menggeliat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×