kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.526.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.240   -40,00   -0,25%
  • IDX 7.037   -29,18   -0,41%
  • KOMPAS100 1.050   -5,14   -0,49%
  • LQ45 825   -5,35   -0,64%
  • ISSI 214   -0,85   -0,40%
  • IDX30 423   -1,15   -0,27%
  • IDXHIDIV20 514   0,87   0,17%
  • IDX80 120   -0,69   -0,57%
  • IDXV30 125   1,36   1,09%
  • IDXQ30 142   0,26   0,18%

Sepanjang 2019, penyaluran kredit Bank BTPN tumbuh 108%


Selasa, 24 Maret 2020 / 07:00 WIB
Sepanjang 2019, penyaluran kredit Bank BTPN tumbuh 108%


Reporter: Umar Tusin | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dalam memberikan kontribusi terhadap perekonomian Indonesia, sepanjang tahun 2019 PT Bank BTPN berhasil mencatatkan pertumbuhan kredit sebesar Rp 141,8 triliun atau tumbuh 108% year on year (yoy).

Direktur Utama Bank BTPN Ongki Wanadjati Dana menyampaikan, di tengah situasi perekonomian global yang menantang, Bank BTPN senantiasa menjaga penyaluran kredit tetap sehat dan mengedepankan prinsip kehati-hatian. Hal tersebut tercermin pada rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) sebesar 0,8% (gross).

Penyaluran kredit Bank BTPN sepanjang 2019, salah satunya ditopang oleh pembiayaan korporasi sebesar Rp 75,7 triliun atau tumbuh 15%. Penyaluran pembiayaan dilakukan melalui sejumlah sindikasi untuk proyek ketahanan energi, ketahanan pangan, serta infrastruktur.

Baca Juga: Perbankan mulai batasi kredit valas, ini alasannya

Selain kredit sindikasi, Bank BTPN juga memberikan pinjaman secara bilateral ke perusahaan swasta nasional, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), industri otomotif, hingga perusahaan yang bergerak di bidang ekspor impor.

Sebelumnya, Bank BTPN bersama induk usahanya, Sumitomo Mitsui Banking Corporation (SMBC) telah memimpin sindikasi pembiayaan dari 18 institusi perbankan dan lembaga keuangan global kepada PT Perkebunan Nusantara (PTPN) III senilai US$ 390,6 juta pada tahun 2019. Selain itu Bank BTPN juga berpartisipasi dalam pembiayaan (project finance) untuk proyek lapangan gas Jambaran-Tiung Biru yang dimiliki oleh PT Pertamina EP Cepu dalam konsorsium bersama 12 bank nasional dan asing.

"Melalui pembiayaan ke segmen korporasi dan industri pendukungnya, kami bersama pemegang saham pengendali (SMBC) berkomitmen mendukung program nasional dalam mewujudkan pemerataan kesejahteraan serta pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan,” kata Ongki dalam keterangan tertulis yang diterima Kontan.co.id Senin (23/3).

Selain pembiayaan korporasi, penyaluran kredit juga ditopang oleh segmen kredit usaha kecil dan menengah serta kelompok prasejahtera produktif melalui anak usaha, BTPN Syariah.

Dalam mendukung teknologi digital, Bank BTPN terus mengembangkan Jenius sebagai platform untuk melayani segmen nasabah yang lebih luas sekaligus memenuhi kebutuhan para pelaku ekonomi digital. Hingga akhir Desember 2019, jumlah pengguna terdaftar Jenius mencapai lebih dari 2,4 juta nasabah atau tumbuh 97,8% yoy.

“Sebagai pionir di bank digital, Jenius akan terus berinovasi dalam menghadirkan fitur-fitur baru yang unik dan relevan dengan kebutuhan nasabah. Kami percaya platform ini akan memainkan peran penting dalam pengembangan bisnis ritel Bank BTPN di masa depan,” tutur Ongki.

Untuk menyeimbangkan laju pertumbuhan kredit, selama tahun 2019 Bank BTPN menghimpun pendanaan senilai Rp 145,8 triliun atau meningkat 81% yoy. Jumlah tersebut terdiri dari dana pihak ketiga (DPK) senilai Rp 86,9 triliun, pinjaman pihak lain Rp 52,9 triliun, serta pinjaman subordinasi Rp 6 triliun. 

Dari total DPK, Bank BTPN berhasil meningkatkan porsi current account savings account (CASA) menjadi 28% pada 2019, angka tersebut lebih tinggi dibandingkan porsi pada 2018 yang sebesar 13%.

Terkait dengan kecukupan likuiditas, Bank BTPN memiliki liquidity coverage ratio (LCR) sebesar 219% dan net stable funding ratio (NSFR) sebesar 113%, jauh di atas ketentuan minimum regulator 100%. 

Sebagai informasi, LCR merupakan instrumen untuk menghitung rasio likuiditas jangka pendek, sedangkan NSFR untuk menghitung rasio likuiditas jangka panjang.

Sampai akhir Desember 2019, aset Bank BTPN tercatat sebesar Rp 181,6 triliun atau tumbuh 79% secara tahunan. Selain itu, laba bersih setelah pajak (net profit after tax/NPAT) mencapai Rp 2,6 triliun atau meningkat sebesar 40%.

Baca Juga: Elnusa Petrofin dapat pinjaman Rp 100 miliar dari BTPN untuk perkuat bisnis

Dengan rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) sebesar 24,2%, Bank BTPN masih memiliki kemampuan ekspansi yang kuat. Pencapaian ini menggunakan perbandingan antara kondisi bank setelah merger dan bank sebelum merger.

“Dengan dinamika perekonomian yang ada, hasil ini patut kami syukuri. Ini dapat memotivasi dan menjadi modal kami untuk melayani lebih banyak jutaan rakyat Indonesia,” tutup Ongki.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×