Reporter: Umar Tusin | Editor: Herlina Kartika Dewi
“Sebagai pionir di bank digital, Jenius akan terus berinovasi dalam menghadirkan fitur-fitur baru yang unik dan relevan dengan kebutuhan nasabah. Kami percaya platform ini akan memainkan peran penting dalam pengembangan bisnis ritel Bank BTPN di masa depan,” tutur Ongki.
Untuk menyeimbangkan laju pertumbuhan kredit, selama tahun 2019 Bank BTPN menghimpun pendanaan senilai Rp 145,8 triliun atau meningkat 81% yoy. Jumlah tersebut terdiri dari dana pihak ketiga (DPK) senilai Rp 86,9 triliun, pinjaman pihak lain Rp 52,9 triliun, serta pinjaman subordinasi Rp 6 triliun.
Dari total DPK, Bank BTPN berhasil meningkatkan porsi current account savings account (CASA) menjadi 28% pada 2019, angka tersebut lebih tinggi dibandingkan porsi pada 2018 yang sebesar 13%.
Terkait dengan kecukupan likuiditas, Bank BTPN memiliki liquidity coverage ratio (LCR) sebesar 219% dan net stable funding ratio (NSFR) sebesar 113%, jauh di atas ketentuan minimum regulator 100%.
Sebagai informasi, LCR merupakan instrumen untuk menghitung rasio likuiditas jangka pendek, sedangkan NSFR untuk menghitung rasio likuiditas jangka panjang.
Sampai akhir Desember 2019, aset Bank BTPN tercatat sebesar Rp 181,6 triliun atau tumbuh 79% secara tahunan. Selain itu, laba bersih setelah pajak (net profit after tax/NPAT) mencapai Rp 2,6 triliun atau meningkat sebesar 40%.
Baca Juga: Elnusa Petrofin dapat pinjaman Rp 100 miliar dari BTPN untuk perkuat bisnis
Dengan rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) sebesar 24,2%, Bank BTPN masih memiliki kemampuan ekspansi yang kuat. Pencapaian ini menggunakan perbandingan antara kondisi bank setelah merger dan bank sebelum merger.
“Dengan dinamika perekonomian yang ada, hasil ini patut kami syukuri. Ini dapat memotivasi dan menjadi modal kami untuk melayani lebih banyak jutaan rakyat Indonesia,” tutup Ongki.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News