Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Industri perbankan syariah Indonesia akan kedatangan dua pemain besar baru dalam waktu dekat dari hasil pemisahan unit usaha syariah (UUS) atau spin-off.
Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar mengatakan, dua bank syariah baru ini akan memiliki aset yang cukup besar, meskipun belum menyamai PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) yang asetnya tembus Rp 401 triliun pada Maret 2025.
"Kalau kami lihat ini belum sebesar BSI, tapi kami harapkan dalam jangka menengahnya bisa menuju ke sana dalam waktu dekat ini ada dua bank," ujarnya belum lama ini.
Kendati demikian, Mahendra enggan membocorkan dua bank syariah baru itu karena sampai saat ini masih dalam proses spin-off.
Baca Juga: CIMB Niaga Targetkan Spin Off Unit Usaha Syariah Rampung Mei 2026
"Saya enggak mau sampaikan nama dulu. Tapi kita harapkan bisa cepat dan kita terus finalisasi. Mudah-mudahan satu bank selesai dalam waktu dekat, kemudian satu lagi akan menyusul tidak lama," ungkapnya.
Seperti diketahui, salah satu bank besar yang tengah dalam proses spin-off ialah PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk atau BTN, dan PT Bank CIMB Niaga. Kedua bank tersebut memang sudah wajib melakukan spin off karena UUS-nya sudah memiliki aset lebih dari Rp 50 triliun.
UUS BTN Syariah dengan asetnya yang telah mencapai Rp 61,19 triliun di Maret 2025 telah mengakuisisi PT Bank Victoria Syariah (BVIS). Kemudian BTN Syariah akan diintegrasikan ke dalam bank umum syariah hasil akuisisi tersebut.
Ramon Armando, Corporate Secretary BTN mengatakan, progres saat ini BTN telah mengajukan perizinan kepada OJK terkait permohonan pengambilalihan BUS.
Ramon menyebut, hingga saat ini OJK masih melakukan review terhadap dokumen yang disampaikan oleh BTN.
"Paralel BTN dibantu oleh konsultan sedang mempersiapkan kajian dan dokumen pelengkap lainnya dalam rangka proses spin off UUS BTN. Proses spin off direncanakan akan selesai pada akhir Oktober 2025," ujar Ramon kepada kontan.co.id, Selasa (20/5).
Pergantian nama perusahaan akan dilakukan setelah proses akuisisi selesai. Nantinya, aset BTN Syariah akan dialihkan ke BVIS yang sudah dimiliki BTN.
Baca Juga: Rencana Spin Off Dua Bank Syariah Tak Mampu Menyaingi Dominasi BSI
Bank CIMB Niaga juga tengah bersiap untuk melepas Unit Usaha Syariah (UUS) perusahaan atau spin off dengan mendirikan bank umum syariah baru bernama PT Bank CIMB Niaga Syariah.
Alih-alih mengakuisisi perusahaan syariah yang sudah ada, BNGA memilih membangun bank syariah baru dari awal. Spin off ini dilakukan dengan menggandeng PT Commerce Kapital. Rencananya, CIMB Niaga Syariah akan mulai beroperasi pada Mei 2026.
Hingga kuartal I-2025, aset UUS CIMB Niaga tercatat sebesar Rp6 64,77 triliun, menjadi bank syariah terbesar kedua di RI setelah PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS).
Sebagai bagian dari proses pemisahan, Perseroan akan menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) sebagai forum persetujuan dari para pemegang saham. RUPS tersebut dijadwalkan berlangsung pada Kamis, 26 Juni 2025.
Setelah pemisahan, struktur kepemilikan CIMB Niaga Syariah akan dimiliki oleh PT Bank CIMB Niaga Tbk sebesar 99,999975%. Sedangkan PT Commerce Kapital akan memiliki saham sebesar 0,000025%.
Selain itu, CIMB Niaga dan CIMB Niaga Syariah akan membentuk kelompok usaha bank (KUB). Dalam struktur KUB tersebut, CIMB Niaga Syariah sebagai anak perusahaan wajib memenuhi ketentuan modal inti minimum sebesar Rp 1 triliun.
"Kita sudah dapat persetujuan dari manajemen, pembentukan tim projeknya juga sudah ada, korespondensi dengan regulator baik BI, OJK, PPATK, Dukcapil, OJK Pasar Modal, semua juga sudah, desain bisnis dan operasional pasca spin-offnya juga sudah, perumusan strategi pasca spin-off juga sudah, jadi sebetulnya juga cukup lengkap," ungkap Direktur Syariah Banking CIMB Niaga, Pandji P. Djajanegara.
Pandji mengatakan, di bulan Juni sampai akhir Juli nanti pihaknya akan melakukan spin off. Pihaknya akan mempersiapkan dokumen-dokumen perizinan, terutama untuk perizinan prinsip yang pihaknya mintakan dari OJK.
"Jadi kita harapkan dari OJK kita akan mendapatkan izin usaha di Oktober, dan kita usahakan jadi di 1 Mei 2026 sudah mulai beroperasi," ujar Pandji.
Ia membeberkan, spin off ini tidak dilakukan melalui pembelian bank lain, maupun merger dengan bank lain, jadi perusahaan akan membangun entitas bank sendiri. Pandji menyebut, modalnya dari Bank Induk sudah disediakan, sudah siap, dan tinggal menunggu eksekusinya saja.
Pangsa pasar Industri perbankan syariah tanah air memang masih tergolong kecil, yakni sebesar 7,42% sampai Maret 2025, dengan total asset tumbuh 7,61% secara tahunan mencapai Rp 960,82 triliun.
Jika melihat perkembangan saat ini, ada tiga bank syariah yang memimpin pangsa pasar atau market share di Indonesia, yang terbesar masih dikuasai oleh PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI), dengan market share sebesar 41,73% jika dihitung berdasarkan total asset per Maret 2025.
Disusul oleh Unit Usaha Syariah PT Bank CIMB Niaga Tbk atau CIMB Niaga Syariah 6,74% dan UUS BTN sebesar 6,36%.
Dengan market share perbankan syariah yang masih mini tersebut, OJK telah mendorong bank syariah untuk mengoptimalkan diferensiasi produk hingga memanfaatkan peluang yang ada. Salah satu yang juga didorong OJK adalah terkait spin off Unit Usaha Syariah.
Pasalnya dengan memisahkan diri dari bank induknya yang menganut sistem konvensional, UUS dinilai akan lebih mampu menangkap peluang pasar atau kebutuhan masyarakat akan layanan keuangan syariah dan meningkatkan kepatuhan terhadap sistem syariah.
Selanjutnya: Emas dan Nikel Masih Bakal Topang Kinerja ANTM 2025, Begini Kata Analis
Menarik Dibaca: Mulai 1 Juni, KAI Hadirkan Kereta Suite Class Compartment di KA Argo Bromo Anggrek
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News