kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Siapkan recovery plan, Bank Mandiri baru akan bermasalah jika kurs sentuh Rp 37.000


Rabu, 27 November 2019 / 09:35 WIB
Siapkan recovery plan, Bank Mandiri baru akan bermasalah jika kurs sentuh Rp 37.000
ILUSTRASI. Wakil Direktur Utama Bank Mandiri Sulaiman Arif Arianto


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Mandiri Tbk masih percaya diri bahwa ruang ekspansi masih terbuka di tengah kondisi ekonomi yang dibayangi ketidakpastian. Plt. Direktur Utama Bank Mandiri Sulaiman Arif Arianto mengatakan Bank Mandiri juga sudah mempersiapkan upaya penyelamatan alias recovery plan bila terjadi krisis ekonomi. Hal ini disampaikan Sulaiman dalam rapat dengar pendapat bersama Komisi XI DPR RI, di Jakarta, Selasa (26/11).

Bank berlogo pita emas ini menuturkan, Bank Mandiri sudah mempersiapkan simulasi recovery plan dengan kondisi krisis yang menyerupai krisis moneter di tahun 1998 lalu. Menurut hitung-hitungan Bank Mandiri, kondisi bank baru akan mengalami masalah jika kurs dolar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah menembus angka Rp 37.000. 

"Kita punya recovery plan yang kita simulasi kalau seperti tahun 1998. Kita simulasikan, Bank Mandiri akan bermasalah kalau kurs dolar AS sampai Rp 37.000," ujar Sulaiman.

Baca Juga: Begini bocoran target kinerja Bank Mandiri tahun 2020

Hal tersebut disampaikan Bank Mandiri lantaran ditanya oleh salah satu anggota Komisi XI terkait kesiapan Bank Mandiri dalam menghadapi krisis ekonomi secara global.

Di sisi lain, Direktur Manajemen Risiko Bank Mandiri Ahmad Siddik Badruddin menjelaskan, pihaknya dalam beberapa tahun terakhir sudah secara rutin melakukan mitigasi risiko. Salah satunya dengan memilah sektor dan segmen kredit yang dinilai memiliki risiko yang cukup tinggi. 
Meski begitu, pihaknya menegaskan akan tetap masuk ke hampir seluruh sektor dan segmen kredit, hanya saja Bank Mandiri tidak akan menyalurkan kredit secara besar-besar ke sektor yang terkena efek perlambatan ekonomi. 

Analisa tersebut dilakukan Bank Mandiri setiap enam bulan sekali dengan Mandiri Sekuritas dan tim Ekonom Bank Mandiri. "Tiga tahun terakhir kita mulai memilih-milih sektor mana yang kita penetrasi, yang kurang menguntungkan sedikit demi sedikit kita exit," terang Siddik.

Sebagai tambahan informasi, Bank Mandiri menargetkan kredit mampu naik 10%-11% secara year on year (yoy) pada tahun depan. Proyeksi tersebut praktis lebih tinggi bila dibandingkan dengan proyeksi di tahun ini sebesar 7%-9%. Bank bersandi emiten BMRI ini menjelaskan, di tahun depan pihaknya akan tetap menyasar segmen korporasi dan wholesale sebagai salah satu segmen andalan perusahaan.

Baca Juga: BI dan OJK pangkas proyeksi pertumbuhan kredit tahun ini, ada apa?

Sejalan dengan penyaluran kredit, bank bersandi saham BMRI ini bakal tetap menjaga kualitas kredit. Pada tahun depan Bank Mandiri akan menjaga rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) di level 2,4%-2,5%. Posisi ini lebih baik dibandingkan target tahun 2019 di kisaran 2,5%-2,6%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×