kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Simak Prospek Saham-saham Bank Digital di Tengah Kinerjanya yang Makin Moncer


Sabtu, 06 Agustus 2022 / 08:10 WIB
Simak Prospek Saham-saham Bank Digital di Tengah Kinerjanya yang Makin Moncer


Reporter: Ferrika Sari | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja sejumlah bank digital baik dari sisi kredit maupun laba diyakini bakal mendorong kinerja sahamnya. 

Asal tahu saja, tiga bank digital di antaranya berhasil mencetak laba bersih pada semester I 2022. Mereka adalah PT Allo Bank Indonesia Tbk. (BBHI), PT Bank Jago Tbk. (ARTO), dan PT Bank SeaBank Indonesia.

Dari semuanya, Allo Bank meraih cuan tertinggi dibandingkan Bank Jago maupun SeaBank. Bank milik taipan Chairul Tanjung ini mampu mencetak laba bersih hingga Rp 150,62 miliar pada Juni 2022, atau naik hingga 556,9% yoy.

Baca Juga: Berpotensi Terus Tumbuh, Begini Prospek Saham-saham Bank Digital

Sementara Bank Jago membukukan laba bersih Rp 28,92 miliar pada semester I 2022. Nilai itu meningkat signifikan setelah bank digital milik Jerry Ng ini sempat mencatat rugi Rp 46,77 miliar pada tahun lalu.

Selanjutnya, ada perusahaan yang terafiliasi Shopee, yakni SeaBank yang mampu kantongi laba bersih Rp 5,97 miliar pada Juni 2022. Sama dengan Bank Jago, SeaBank juga berhasil memperbaiki keadaan setelah sempat rugi Rp 231,85 miliar pada Juni 2021.

Peningkatan kinerja tersebut akan menopang prospek ke depan. Ekonomi dan Praktisi Pasar Modal Lucky Bayu Purnomo memperkirakan saham-saham bank digital akan memiliki prospek cerah.

"Prospek bank digital bank cukup menarik walau masih di bawah kinerja saham gabungan. Dan kinerja sektor bank juga tidak minus seperti industri lain, sehingga secara jangka pendek, menengah, terutama jangka menengah masih menjadi pilihan," kata Lucky, Jumat (5/8). 

Untuk saat ini, ia menilai bank digital masih terus melakukan transformasi. Seiring dengan transformasi tersebut, diperkirakan kinerja bank digital akan terus tumbuh dan bisa bersaing dengan bank konvensional. 

Di tengah kondisi tersebut, bank konvensional juga terus beradaptasi dalam menghadapi tren digital banking. Misalnya, Bank Bukopin menghadirkan inovasi perbankan digital bernama Wokee dan ada Jenius, aplikasi bank digital besutan BTPN. 

Baca Juga: Terus Naik, Simpanan Masyarakat di Bank Digital Capai Rp 49,3 Triliun Per Mei 2022

"Emiten bank memiliki kesungguhan untuk beradaptasi di era digital banking karena bagian transformasi. Kemudian bank konvensional juga sekarang memiliki portofolio digital banking," terangnya. 

Sebab, kata dia, bank konvensional tidak mau kalah mengenalkan inovasi digital banking kepada masyarakat. Padahal mereka sudah yang memiliki kapitalisasi pasar (market cap) dan jumlah nasabah yang besar. 

Dengan berbagai faktor tersebut, ia memperkirakan saham bank digital bisa menjadi pilihan. Lucky merekomendasikan saham Allo Bank (BBHI) untuk dikoleksi oleh para investor.

"BBHI menarik. Terbukti dari perusahaan yang terintegrasi seperti Bukalapak mendapatkan keuntungan karena memegang saham BBHI," ungkapnya. 

Bahkan setelah Chairul Tanjung mengakuisisi Bank Harda Internasional menjadi Allo Bank, ia menyebut perusahaan banyak melakukan inovasi dan akusisi produk perbankan hingga menghasilkan nilai buku tinggi. 

Berbagai inovasi dan capaian Allo Bank tersebut, membuat saham Allo Bank menjadi pilihan ketimbang bank besar lain. Menurutnya, bank besar seperti BNI dan BRI memang sudah memiliki kapitalisasi pasar serta eksisting market share. 

"Ini kembali ke profil risiko, tapi kalau mau mendapatkan fluktuasi yang menarik dari bank baru yang dihasilkan dari akusisi. Ibaratnya, bank kecil lebih mudah berlari dan beradaptasi menghadapi perubahan," jelasnya. 

Baca Juga: OJK akan Menilai Tingkat Kematangan Digital Perbankan, Minimal Setahun Sekali

Hingga Jumat (5/8), harga saham Allo Bank berada di level Rp 3.850. Ia memperkirakan saham bank digital tersebut bisa tembus Rp 4.500 pada tahun ini seiring dengan inovasi serta kinerja yang diperoleh perusahaan. 

Di sisi lain, Pengamat Pasar Modal dari Universitas Indonesia (UI) Budi Frensidy justru melihat harga emiten bank digital masih kemahalan. Terlebih, harga saham apapun termasuk emiten bank digital akan konvergen ke nilainya dalam jangka panjang.

"Lebih baik ke emiten dengan fundamental yang bagus dan lebih teruji. Terutama yang memiliki dividen yield tinggi dan price to book value (PBV) serta price earning ratio (PER) rendah," papar Budi.        

Ia menyatakan, bank digital yang akan berhasil di Indonesia harus memiliki ekosistem digital dengan e-commerce ataupun transportasi online. Lantaran akan memberikan manfaat yang cukup signifikan bagi nasabahnya.

”Itu sebabnya bank digital yang bisa jalan ialah yang punya ekosistem. Sedangkan yang  lain, ya cuma ikut-ikutan supaya dapat valuasi yang tinggi alias ikut gorengan,” tuturnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×