Reporter: Nur Qolbi | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia memberi efek positif bagi PT Bank Central Asia Tbk (BBCA). Net interest margin (NIM) bank swasta dengan kapitalisasi pasar terbesar di Indonesia ini meningkat tiap kuartalnya.
NIM BBCA tercatat sebesar 4,9% pada kuartal I 2022, lalu naik menjadi 5% pada kuartal II, dan 5,4% pada kuartal III. Alhasil, BBCA meningkatkan guidance NIM untuk setahun penuh 2022 di kisaran 5,2%-5,3% dari sebelumnya di 5%.
Namun, NIM rata-rata perusahaan dalam sembilan bulan pertama 2022 sebesar 5,1%. Angka ini lebih rendah dari periode yang sama tahun lalu yang sebesar 5,2%.
Head of Research Jasa Utama Capital Sekuritas Cheril Tanuwijaya melihat, kinerja BBCA pada tahun 2023 akan tetap positif. Perusahaan ini menargetkan penyaluran kreditnya dapat tumbuh 12% pada tahun depan, naik dari target pertumbuhan kredit 2022 yang sebesar 10%.
"Kami menilai target tersebut dapat tercapai, didukung oleh pemulihan ekonomi dan tingginya aktivitas masyarakat yang akan mendorong permintaan kredit," kata Cheril saat dihubungi Kontan.co.id, Rabu (21/12).
Baca Juga: Begini Prospek dan Peluang Pasar Modal di 2023
BBCA juga ditopang oleh rasio current account saving account (CASA) yang paling tinggi dibanding bank big caps lainnya. Asal tahu saja, rasio CASA adalah perbandingan antara jumlah giro dan tabungan dengan jumlah total Dana Pihak Ketiga (DPK).
CASA juga biasa disebut dengan dana murah. Mengingat, bunga tabungan dan giro yang dibayarkan bank relatif lebih rendah daripada bunga deposito.
Menurut Cheril, rasio CASA BBCA yang tinggi dapat dicapai seiring dengan pesatnya perkembangan bank digital milik perusahaan. Likuiditas BBCA juga kuat serta mempunyai kualitas aset dan manajemen risiko yang bagus.
Meskipun begitu, Analis BRI Danareksa Sekuritas Eka Savitri mengatakan, peningkatan suku bunga akan memperketat persaingan BBCA, khususnya di deposito.
Pasalnya, BBCA tidak hanya bersaing dengan bank lain, tetapi juga dengan pemerintah yang menawarkan obligasi retail dengan tingkat kupon yang menarik. "Persaingan juga datang dari bank digital baru yang kebanyakan menawarkan suku bunga deposito premium untuk menarik pelanggan baru," kata Eka dalam riset tanggal 9 November 2022.
Oleh sebab itu, ia memprediksi rasio CASA BBCA per Desember 2023 akan turun menjadi sebesar 78,7% dari total simpanan nasabah. Sebagai perbandingan, per September 2022, rasio CASA BBCA adalah sebesar 81%.
Dalam riset tanggal 21 Oktober 2022, Analis Samuel Sekuritas Prasetya Gunadi dan Jonathan Guyadi mengatakan, manajemen BBCA memperkirakan bahwa The Fed akan melanjutkan kebijakan agresif hingga semester 1 2023. Kemudian, siklus penurunan suku bunga akan dimulai pada kuartal IV-2023.
Namun, BBCA masih cukup yakin bahwa perusahaan akan mampu mempertahankan tingkat term deposit (TD) berkat likuiditas yang melimpah. Pada kuartal ketiga 2022, loan to deposit ratio (LDR) BBCA tercatat sebesar 66%.
Baca Juga: Harga Terus Melaju, Bayan (BYAN) Jadi Saham Dengan Market Caps Terbesar Ketiga di BEI
"Perusahaan optimistis akan mencapai pertumbuhan kredit yang lebih tinggi dan setidaknya mempertahankan tingkat NIM-nya pada 2023," kata kedua analis.
Analis Samuel Sekuritas tersebut memberikan peringkat netral untuk BBCA dengan target harga Rp 9.400 per saham. BBCA disukai karena mempunyai risiko kredit yang rendah dan merupakan salah satu institusi perbankan terbaik di Asia.
Sementara itu, Cheril memberikan rekomendasi buy BBCA dengan target harga Rp 9.300 per saham. Kemudian, Eka menetapkan rekomendasi hold dengan harga Rp 8.800 per saham.
Per perdagangan Rabu (21/12), harga BBCA ditutup naik 1,17% ke level Rp 8.675 per saham. Secara year to date, BBCA sudah meningkat sebesar 18,84%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News