Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rasio kredit bermasalah perbankan alias non performing loan (NPL) kian melandai. Otoritas Jasa Keuagan (OJK) dalam Statistik Perbankan Indonesia (SPI) mencatatkan per akhir 2018 total NPL perbankan ada di level 2,36%. Posisi tersebut menurun dari periode tahun 2017 lalu yang sempat menyentuh 2,8%.
Sejumlah bank pun menyebut tahun ini, tingkat kredit bermasalah bakal mengalami penurunan. Sebabnya, tahun ini perbankan sudah lebih berhati-hati menyalurkan kredit, dikarenakan kondisi ekonomi yang masih akan bergejolak.
Direktur Keuangan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) Anggoro Eko Cahyo misalnya yang mengatakan pihaknya cenderung menghindari sektor pertambangan dan turunannya.
"Kecuali sektor pertambangan dan yang terkait dengannya yang memang saat ini sedang berusaha untuk bangkit di tengah anjloknya harga komoditas," ujarnya kepada Kontan.co.id, Rabu (27/2).
Meski begitu, berdasarkan skala bisnisnya BNI tetap akan menyalurkan kredit ke semua sektor baik besar, menengah maupun kecil. Asal tahu saja, tahun ini BNI memang berupaya untuk menjaga NPL di level stabil dengan tahun lalu sebesar 1,9%. Sejalan dengan itu, NPL net juga diupayakan untuk berada di bawah 1%.
"Caranya dengan mengucurkan kredit modal kerja dan kredit investasi ke sektor-sektor prioritas kami yang memiliki riwayat kredit yang baik," sambungnya. Beberapa sektor yang disasar antara lain, sektor infrastruktur, manufaktur, perdagangan dan pertanian termasuk perkebunan.
"Kami juga terus aktif mengucurkan kredit ke sektor konsumtif yang terus bertumbuh baik," jelasnya. Adapun, tahun ini bank berlogo 46 ini menarget pertumbuhan kredit sebesar 13%-15% sedikit menurun dari capaian tahun lalu 16,2% secara year on year (yoy).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News