Reporter: Nina Dwiantika | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. Standard Chartered Bank Indonesia (Stanchart) mengincar pertumbuhan sedikit di atas pasar di tahun 2017. Bank yang berpusat di Inggris ini masih akan mengandalkan kredit korporasi dan komersial pada pertumbuhan kredit. Ini karena berkontribusi pendapatan di sektor tersebut lebih besar dibandingkan kredit ritel dan konsumer.
CEO Standard Chartered Bank Indonesia Rino Donny Donosepoetro mengatakan, pihaknya mengincar pertumbuhan kredit 14% di tahun ini. Dengan segmen kredit korporasi dan komersial akan tumbuh masing-masing 14%. “Target kredit tersebut masih sejalan dengan rencana bisnis kami di tahun ini,” katanya, Rabu (31/5).
Dengan asumsi target kredit tumbuh 14% maka perkiraan penyaluran kredit sekitar Rp 28,83 triliun di akhir 2017 dari perhitungan realisasi kredit senilai Rp 25,29 triliun di akhir 2016. Standard Chartered Indonesia mencatat penyaluran kredit senilai Rp 24,03 triliun per Maret 2017 atau turun 6,51% dibandingkan posisi Rp 25,70 triliun per Maret 2016.
Rino bilang, salah satu upaya untuk mendorong penyaluran kredit adalah Standard Chartered Indonesia telah bekerja sama dengan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) untuk meningkatkan arus penanaman modal ke Indonesia. Tugas Standard Chartered adalah sebagai fasilitator bagi investor yang membutuhkan layanan perbankan di Tanah Air.
“Disini, kami berpeluang dapat memberikan kredit bagi investor yang membutuhkan pinjaman untuk investasi di Indonesia,” tambahnya. Namun, ia belum dapat memperkirakan peluang pemberian kredit kepada calon-calon investor yang ingin berinvestasi di Indonesia.
Country Head of Retail Banking Standard Chartered Bank Indonesia Lanny Hendra menambahkan, segmen kredit ritel seperti kredit pemilikan rumah (KPR) dan kartu kredit masih akan tumbuh konservatif di tahun ini. Karena daya beli konsumen masih rendah di tengah perlambatan pertumbuhan ekonomi.
“Kredit untuk KPR dan kartu kredit masih akan tumbuh single digit di semester II nanti,” terangnya. Standard Chartered Indonesia menyiasati perlambatan ini dengan memberikan layanan pembayaran di perdagangan online atau e-commerce.
Nah, untuk memenuhi target kredit tersebut, Standard Chartered Indonesia hanya mengincar pertumbuhan di bawah 10% pada dana pihak ketiga (DPK). Adapun, realisasi perolehan DPK sebesar Rp 25,51 triliun per Maret 2017 atau naik 14,27% dibandingkan posisi Rp 23,19 triliun di Maret 2016.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News