kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Startup Lakukan Efisiensi, Karena Gaji Tinggi?


Jumat, 17 Juni 2022 / 17:37 WIB
Startup Lakukan Efisiensi, Karena Gaji Tinggi?
ILUSTRASI. Ilustrasi start up. REUTERS/Beawiharta


Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saat ini menjadi pekerja di startup cukup wajar bila was-was karena isu efisiensi dengan maraknya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang terjadi beberapa waktu terakhir. Adapun, biaya operasional termasuk gaji di startup cukup tinggi.

Misalnya, beban gaji di startup yang bergerak di sektor fintech lending per Maret 2022 senilai Rp 394 miliar, berdasarkan catatan OJK. Adapun, kontribusi beban gaji mendominasi 26,93% dari total beban senilai Rp 1,46 triliun, dilanjutkan beban pemasaran yang berkontribusi 26,65%.

Menariknya, kondisi tersebut mengalami perubahan dimana akhir tahun 2021, beban pemasaran masih mendominasi 38,58% dengan nilai Rp 1,53 triliun. Sementara, beban gaji hanya senilai Rp 839 miliar atau berkontribusi 21,1%.

Sementara itu, berdasarkan riset Robert Walters Indonesia menunjukkan, gaji dari direktur fintech ada di kisaran Rp 1,2 miliar sampai Rp 2 miliar per tahun. Sedangkan, untuk sekelas kepala divisi untuk startup dari Rp 500 juta sampai Rp 2 miliar per tahun. 

Baca Juga: Pertahankan Bisnis, Menteri Johnny Dorong Startup Digital Perhatikan 3 Tata Kelola

Dari sisi pemain, biaya operasional pun memang tercatat masih cukup tinggi. Misalnya yang terjadi pada fintech Modalku dimana sebesar Rp 68,53 miliar di 2021 sehingga masih menyebabkan perusahaan mengalami rugi usaha Rp 28,1 miliar.

Meskipun demikian, CEO Modalku Reynold Wijaya bilang selalu berusaha untuk bijaksana dalam mengatur seluruh alokasi pengeluaran perusahaan seefektif mungkin, termasuk untuk memenuhi kebutuhan operasional. Meskipun, perusahaan baru saja mendapat pendanaan Seri C+ senilai Rp 2 triliun pada Februari lalu.

Sementara itu, ia menambahkan, pihaknya terus berupaya membangun tim yang produktif dan kompeten menyesuaikan dengan kebutuhan dan rencana strategis perusahaan. Menurtunya, tim merupakan aset yang sangat berharga bagi perusahaan.

“Kami akan terus lebih bijaksana terhadap perencanaan anggaran dan proses perekrutan untuk memaksimalkan dampak positif bagi perusahaan,” ujar Reynold.

Penambahan karyawan baru pun justru juga dilakukan oleh pemain fintech lainnya, Amartha. Rezki Warni, AVP Marketing & PR Amartha bilang pihaknya menargetkan untuk menambah jumlah tenaga kerja sebanyak 5.000 orang dalam waktu dua tahun ke depan. 

“Rekrutmen karyawan ini dimulai dari tahun 2022 dengan target sebanyak 1.800 karyawan baru, baik di kantor pusat maupun di kantor cabang wilayah operasional Amartha,” ujarnya.

Baca Juga: Isu PHK di Perusahaan E-commerce Mencuat, Begini Respons Tokopedia

Menurutnya, kebutuhan akan talenta baru diharapkan dapat membawa segmen mikro bertransformasi menuju kesejahteraan dan literasi digital yang lebih baik. Ditambah, strategi rekrutmen ini diiringi dengan upaya Amartha mempertahankan performa bisnis dan kinerja keuangan yang sangat sehat.

Sebagai informasi, secara akumulasi Amartha telah menyalurkan pendanaan sebesar lebih dari Rp 6,75 triliun kepada lebih dari satu juta perempuan pengusaha mikro. Angka NPL-nya pun masih di bawah 0,5%.

Dari fintech dompet digital, Head of Corporate Communication OVO Harumi Supit bilang hubungan dengan Grab yang semakin kental, OVO berencana untuk terus mengembangkan produk dan layanan di aplikasi dan ekosistem OVO dengan menitik pola bisnis yang sustainable. Sehingga, pihaknya tetap membuka lowongan karir guna mendukung rencana pertumbuhan ke depannya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×