Reporter: Adhitya Himawan, Issa Almawadi, Nina Dwiantika | Editor: Dessy Rosalina
JAKARTA. Fluktuasi nilai tukar Rupiah dan perlambatan ekonomi tidak memudarkan prospek cerah kredit ekspor. Tahun ini, perbankan masih getol menyalurkan kredit ekspor.
Lihat saja Bank Rakyat Indonesia (BRI). BRI agresif mengucurkan kredit ekspor, khususnya bagi kalangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). BRI membidik pertumbuhan kredit ekspor sebesar 20% - 30% tahun ini. Muhammad Ali, Sekretaris Perusahaan BRI menyatakan, peluang kredit ekspor masih sangat besar.
Sebab, porsi kredit ekspor BRI masih mini jika dibandingkan kredit modal kerja secara total. "Kredit modal kerja berorientasi dalam negeri mencapai 90%, sedangkan kredit ekspor hanya 10%," kata Ali kemarin. Faktor lain, pelemahan Rupiah dan perlambatan ekonomi tidak berdampak negatif. Sebab, nasabah kredit ekspor juga meraup penjualan dari dalam negeri.
Saat ini, jumlah debitur ekspor di BRI mencapai 350 nasabah. Dari jumlah tersebut, 90% tergolong segmen UMKM. Sisanya 10% adalah nasabah korporasi. Namun, secara volume, nasabah korporasi menyumbang volume penyaluran kredit ekspor BRI sebesar 90%. "Tahun ini kita mau fokus membidik nasabah UMKM," ujar Ali. Strategi BRI, memperbanyak edukasi lewat pameran ekspor impor.
Sementara, Bank Central Asia (BCA) menargetkan pertumbuhan kredit ekspor sebesar 15% di tahun ini. Presiden Direktur BCA, Jahja Setiatmadja mengatakan, kredit ekspor tumbuh 18% sepanjang tahun 2013 lalu. "Saat ini kredit ekspor terbesar diberikan untuk industri pertambangan, kayu dan kelapa sawit," pungkas Jahja.
Hingga akhir Desember 2013, penyaluran kredit ekspor BCA mencapai Rp 1,3 triliun. Sedangkan total nasabah sebanyak 1.100 nasabah. "Permintaan kredit ekspor akan meningkat meskipun BI rate tinggi. Terutama jika harga komoditas membaik," tutur Roy A. Arfandy, Direktur Wholesale Permata.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News