kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45910,09   -9,42   -1.02%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Tak Mau Kalah, Perbankan Ramai-ramai Rambah Bisnis Paylater


Selasa, 03 Oktober 2023 / 19:41 WIB
Tak Mau Kalah, Perbankan Ramai-ramai Rambah Bisnis Paylater
ILUSTRASI. Penggunaan produk keuangan Buy Now Pay Later (BNPL) atau paylater semakin marak diminati di Indonesia. (KONTAN/Carolus Agus Waluyo)


Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penggunaan produk keuangan Buy Now Pay Later (BNPL) atau paylater semakin marak diminati di Indonesia. Bahkan, jumlahnya kini sudah melampaui penggunaan kartu kredit.

Potensi inilah yang membuat industri perbankan tak mau kalah dan sudah ikut masuk ke bisnis paylater. Salah satu hal yang membuat paylater menjadi menarik adalah karena pengajuannya yang mudah dan proses memperoleh pembiayaan juga tergolong cepat jika dibandingkan dengan kartu kredit yang ditawarkan oleh bank. 

Yang terbaru, ada PT Bank Central Asia (BBCA) yang merilis layanan paylater dengan nama Paylater BCA. Fitur tersebut merupakan fasilitas kredit yang dapat digunakan sebagai alternatif pembayaran melalui scan QRIS di aplikasi myBCA.

Baca Juga: BCA Resmi Jajal Bisnis Paylater, Tebar Promo Bunga

Layanan Paylater BCA menawarkan limit kredit hingga Rp 20 juta dengan mekanisme revolving, dan pilihan tenor cicilan 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, atau 12 bulan dengan suku bunga sampai dengan 2 persen flat per bulan.

Direktur Keuangan BCA Vera Eve Lim mengatakan, fasilitas paylater merupakan inovasi yang nantinya akan bersifat saling melengkapi dengan fasilitas kartu kredit yang sudah lama dikenal masyarakat.

Asal tahu saja, jumlah kartu kredit BCA hingga Juni 2023 mencapai 4,4 juta kartu, atau meningkat 6% yoy. Sementara nilai transaksinya tercatat sebesar Rp 50,6 triliun, meningkat 36% yoy.

Bank BCA memang konsisten berinovasi dalam menawarkan beragam pilihan produk transaksi ke nasabah. Keberadaan paylater pun diharapkan akan memberikan opsi yang lebih banyak bagi berbagai macam nasabah dengan beragam kebutuhan, khususnya untuk generasi muda yang lebih terbiasa bertransaksi secara digital.

PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) juga sudah memiliki fitur paylater di aplikasi Livin' by Mandiri. Saat ini, Livin' Paylater dapat digunakan untuk membiayai apapun kebutuhan Nasabah Bank Mandiri di berbagai merchant. Untuk minimal plafon mulai dari Rp 100.000 dan maksimal di Rp 20 juta dengan tenor 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, 9 bulan atau 12 bulan.

Direktur Teknologi Informasi Bank Mandiri Timothy Utama menyampaikan, frekuensi dan nilai transaksi ritel melalui Livin’ tidak lepas dari berbagai fitur banking dan beyond banking yang lengkap, salah satunya adalah fitur paylater. 

"Saat ini 44% pertumbuhan baki debet personal loan bank Mandiri dikontribusi oleh Livin’, ini juga yang menjadikan kami bank terbaik dalam digital lending," katanya.

Asal tahu saja, BMRI telah mencairkan personal loan sebesar Rp 1,3 triliun pada semester I-2023, dan nilai transaksi Credit Card sebesar Rp 1,5 triliun melalui Livin'.

Selain BCA, dan BMRI, PT Bank BPTN Tbk juga telah merambah bisnis paylater sejak Maret 2023 melalui Jenius by BTPN. Bank menghadirkan layanan tersebut secara mandiri, tanpa berkerja sama dengan perusahaan teknologi berbasis finansial (fintech). Paylater dari Jenius menyediakan plafon maksimal Rp 2,5 juta bagi pengguna Jenius.

Baca Juga: Fintech Lending Pasang Biaya Layanan Tinggi, Ini Kata Maucash

Selain itu, ada bank digital Allo Bank yang juga telah mengumumkan layanan paylater dengan plafon hingga Rp 100 juta dan tenor 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, dan 12 bulan.

Sementara dalam waktu dekat PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) juga akan segera meluncurkan fitur baru paylater di OCTO Mobile.

Direktur Consumer CIMB Niaga, Noviady Wahyudi melihat paylater menjadi segmen yang menarik untuk dirambah, mengingat banyaknya potensi nasabah pengguna paylater dari generasi milenial dan generasi Z saat ini.

"Kami sudah menyusun fitur paylater untuk nasabah bukan kartu kredit, dan sama seperti kartu kredit, itu akan ada di OCTO Mobile," kata Noviady.

Lebih lanjut, Noviady menyampaikan, fungsi paylater adalah konversi cicilan sebagaimana menggunakan kartu kredit. Ke depan, CIMB Niaga akan memberikan pilihan-pilihan sesuai dengan kebutuhan nasabah, baik secara segmen maupun tujuannya yang tidak dimiliki oleh fintech.

"Target paylater CIMB Niaga adalah nasabah yang melakukan kerja sama payroll dengan kami, ini bisa menjadi potensi untuk pengguna paylater di aplikasi nantinya," imbuh Noviady.

SVP, Head of Research Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan menilai, alasan bank masuk ke bisnis ini karena mulai menurunnya tren pertumbuhan kartu kredit dimana tren kartu kredit mulai sebagian tergantikan dengan adanya paylater.

"Untuk itu wajar bila bank-bank besar mulai masuk ke bisnis paylater karena memang prospektif dan bisa menyesuaikan dengan tren transaksi keuangan milenial dan gen z. Tentu bisnis paylater akan menguntungkan bank bila melihat potensinya yang besar dan bank memiliki modal dan sumberdaya untuk masuk kesana," ujar Trioksa kepada kontan.co.id, Rabu (3/10).

Menurutnya, bisnis paylater bisa menjadi saingan dan bahkan ancaman bagi fintech karena kemudahan dan kepraktisan yang ditawarkan paylater. Sementara kekurangan dari paylater adalah masih lebih banyak digunakan oleh anak-anak muda yang akrab di dunia internet sehingga perlu waktu untuk bisa diperkenalkan ke khalayak umum.

"Trennya ke depan terlihat pengguna paylater akan semakin banyak. Oleh karena bank perlu melakukan strategi bagaimana menjaga kepercayaan dan kenyamanan nasabah ketika menggunakan paylater," katanya.

Adapun Ekonom sekaligus Direktur Center of Economics and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan, bisnis paylater cukup prospektif dibanding kartu kredit. Salah satunya proses aplikasi secara online yang cepat, kemudian paylater mulai digemari tidak hanya untuk pembelian barang via ecommerce tapi juga toko fisik.

"Bank juga menjadi lembaga yang memiliki kepercayaan yang tinggi dibandingkan penyelenggara paylater non-bank, sehingga jangkauan debitur nya akan lebih luas," ucapnya.

Menurut Bhima, bank perlu menjaga kualitas pinjaman paylater salah satunya dengan melihat track record debitur dari data SLIK OJK, saldo di tabungan, dan data lainnya. Dengan cara manajemen risiko yang lebih ketat, reputasi paylater bank akan lebih baik dibandingkan paylater non-bank yang saat ini alami kenaikan Non Performing Loan (NPL). Selain itu, bank juga bisa gunakan jaringan nasabah ritel fisik untuk ekspansi penawaran paylater.

"Jadi paylater ini bukan hanya pinjaman konsumtif tapi juga bisa digunakan pelaku usaha skala kecil untuk meminjam modal kerja jangka pendek misalnya dengan fasilitas paylater," ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×