kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.564.000   4.000   0,26%
  • USD/IDR 16.305   -35,00   -0,22%
  • IDX 7.080   122,90   1,77%
  • KOMPAS100 1.053   23,69   2,30%
  • LQ45 827   25,88   3,23%
  • ISSI 213   1,79   0,85%
  • IDX30 425   13,62   3,31%
  • IDXHIDIV20 508   17,23   3,51%
  • IDX80 120   2,84   2,41%
  • IDXV30 124   2,46   2,02%
  • IDXQ30 140   4,41   3,25%

Tanpa Insentif KLM, BI Sebut Pertumbuhan Kredit Perbankan Sulit Capai Target


Rabu, 15 Januari 2025 / 18:15 WIB
Tanpa Insentif KLM, BI Sebut Pertumbuhan Kredit Perbankan Sulit Capai Target
ILUSTRASI. Antrean nasabah di kantor cabang Bank Central Asia, Depok, Selasa (17/12/2024). Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat kinerja intermediasi perbankan tumbuh positif dengan profil risiko yang terjaga. Pada Oktober 2024, pertumbuhan kredit masih melanjutkan double digit growth sebesar 10,92% secara tahunan menjadi Rp 7.656,90 triliun. (KONTAN/Baihaki)


Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Putri Werdiningsih

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) menyebut adanya insentif Kebijakan Likuiditas Makroprudensial (KLM) telah berdampak langsung pada pertumbuhan kredit perbankan. Di mana, pada 2024, pertumbuhan kredit perbankan mencapai 10,39% secara tahunan (YoY).

Deputi Gubernur BI Juda Agung mengungkapkan bahwa jika tidak ada insentif KLM, pertumbuhan kredit bank bahkan tidak bakal mencapai target BI. Adapun, BI menargetkan pertumbuhan kredit di 2024 di kisaran 10% hingga 12%.

“Kalau tanpa insentif likuiditas, pertumbuhannya itu hanya 9,6%, jadi KLM emang cukup efektif,” ujar Juda, Rabu (15/1).

Baca Juga: BI Telah Sebar Insentif KLM Sebesar Rp 295 Triliun Hingga Januari 2025

Hingga pekan kedua Januari 2025, BI mencatat insentif KLM yang telah disalurkan mencapai Rp 295 triliun. Nilai insentif tersebut meningkat sebesar Rp 36 triliun dari Rp 259 triliun pada akhir Oktober 2024.

Oleh sebab itu, Juda bilang kebijakan-kebijakan BI untuk memberikan likuiditas yang memadai bagi perbankan harus dilakukan. Termasuk, kebijakan insentif likuiditas apabila melakukan kredit di sektor-sektor prioritas.

Meski demikian, ia menilai sebenarnya likuiditas perbankan terbilang memadai. Salah satunya tergambar dalam alat likuid terhadap DPK yang berada di level 25,6%, lebih tinggi dari rata-rata historis di 20%.

“Memang kalau kita bandingkan dengan beberapa tahun sebelumnya sempat 30%, tapi sekarang kan dengan dua tahun ini pertumbuhan kredit kita sudah double digit ya, jadi wajar alat likuidnya turun,” tambahnya.

Baca Juga: Kredit Perbankan Tumbuh 10,39% di 2024

Gubernur BI Perry Warjiyo pun mengungkapan mulai 1 Januari 2025, insentif KLM telah disalurkan pada sektor-sektor yang mendukung pertumbuhan dan penciptaan lapangan kerja, yaitu antara lain sektor pertanian, perdagangan dan manufaktur, transportasi, pergudangan dan pariwisata dan ekonomi kreatif, konstruksi, real estate, dan perumahan rakyat, serta UMKM, Ultra Mikro, dan hijau. 

Ia merinci insentif dimaksud telah disalurkan kepada kelompok bank BUMN sebesar Rp 129,1 triliun, bank BUSN sebesar Rp 130,6 triliun, BPD sebesar Rp 29,9 triliun, dan KCBA sebesar Rp 5 triliun. 

“Ke depan, Bank Indonesia akan terus mendorong penyaluran kredit/pembiayaan perbankan dan memperkuat sinergi dengan pemerintah, otoritas keuangan, Kementerian/Lembaga, perbankan, dan pelaku usaha,” ujar Perry, Rabu (15/1).

Direktur BNI Royke Tumilaar pun mengungkapkan bahwa insentif KLM ini memang cukup berpengaruh terhadap penyaluran kredit perbankan. Di mana, rasio Giro Wajib Minimum yang awalnya 9% bisa dikurangi tergantung penyaluran kredit bank.

“Likuiditasnya kami akhirnya jadi punya ruang untuk dipakai kredit,” ujarnya secara terpisah.

Selanjutnya: TNI AU Siapkan Rudal Jarak Menengah dengan Jangkauan 100 Km di IKN

Menarik Dibaca: Robert Kiyosaki Sebut, Bitcoin Membuat Orang Menjadi Kaya dengan Mudah

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Bond Voyage Mastering Strategic Management for Business Development

[X]
×