kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Intip Insentif yang Disediakan BI untuk Dongkrak Kredit di Sektor Padat Karya


Selasa, 24 September 2024 / 17:17 WIB
Intip Insentif yang Disediakan BI untuk Dongkrak Kredit di Sektor Padat Karya
Karyawan menghitung uang rupiah di Bank Mandiri, Jakarta, Kamis.(25/7/2024). Bank Indonesia (BI) tengah fokus menggairahkan kredit korporasi di sejumlah sektor padat karya.


Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) tengah fokus menggairahkan kredit korporasi di sejumlah sektor padat karya. Kebijakan insentif makroprudensial (KLM) pun kini disiapkan untuk mendongkrak kredit di sektor tersebut.

Pada Rapat Dewan Gubernur BI pekan lalu, Gubernur BI, Perry Warjiyo, mengungkapkan bahwa saat ini kredit korporasi lebih banyak ditopang oleh sektor yang banyak di sektor padat modal. Sementara, Perry bilang permintaan kredit korporasi untuk sektor kredit sektor padat karya masih perlu ditingkatkan.

Sebagai informasi, sektor padat karya adalah kegiatan korporasi yang lebih banyak menggunakan tenaga manusia jika dibandingkan dengan tenaga mesin. Salah satu contoh dari sektor tersebut adalah industri pengolahan baik itu tekstil hingga makanan dan minuman.

Baca Juga: Suku Bunga Turun, Cermati Dampaknya pada Bisnis Perbankan, Pasar Saham dan Rupiah

Jika menilik data BI, memang terjadi perlambatan pertumbuhan kredit di industri pengolahan, terlebih untuk kredit investasi. Per Agustus 2024, penyaluran kredit investasi di sektor tersebut hanya tumbuh 11,3% YoY, dari bulan sebelumnya yang mampu mencapai 18,2% YoY.

Deputi Gubernur BI Juda Agung pun mengungkapkan bahwa saat ini pihaknya sedang melakukan kajian untuk memberikan insentif KLM untuk sektor-sektor yang dapat mendorong penciptaan lapangan kerja.

Adapun, ia bilang sejak pemulihan ekonomi pasca Covid-19, insentif KLM memang lebih banyak pada sektor yang mendorong pertumbuhan ekonomi. “Setelah kredit tumbuh tinggi di berbagai sektor yang growth-led sekarang difokuskan pada penciptaan lapangan kerja,” ujar Juda.

Sayangnya, Juda belum merinci sektor-sektor padat karya apa saja yang akan mendapat insentif tersebut. Ia hanya bilang akan mengumumkan ketika kajian selesai dilakukan.

Direktur Kepatuhan Bank Oke Efdinal Alamsyah pun menyebutkan ada beberapa faktor yang mungkin mempengaruhi pertumbuhan kredit korporasi di sektor padat karya. Misalnya, penurunan permintaan akibat kondisi ekonomi yang belum membaik.

Baca Juga: Bank Digital Berpeluang Pangkas Bunga Simpanan dan Kredit Pasca Penurunan Bunga Acuan

Selain itu, ia menyoroti kondisi makro ekonomi juga ikut mempengaruhi. Contohnya, suku bunga yang masih tinggi sehingga membatasi kemampuan perusahaan untuk berinvestasi dan mengakses pembiayaan.

Sayangnya, Efdinal tidak memiliki data lebih rinci terkait besaran kredit korporasi yang bergerak di sektor padat karya. Secara umum, sampai dengan 20 September 2024, kredit korporasi di Bank Oke sedikit mengalami penurunan sebesar kurang lebih 2% apabila dibandingkan dengan akhir tahun 2023, dengan nilai Rp 40 miliar.

“Kredit korporasi di kami sebagian besar adalah untuk sektor manufaktur dan jasa (hotel & restoran), sekitar 20%,” ujar Efdinal.

Sementara itu, Corporate Secretary Bank Mandiri Teuku Ali Usman bilang pihanya terus mendukung pertumbuhan ekonomi sehingga dapat berdampak pada mengeliatnya sektor-sektor padat karya di tanah air. Terlebih, sektor padat karya membutuhkan dukungan dari segala pihak termasuk stakeholder terkait.

Baca Juga: BTN Pertimbangkan Turunkan Bunga KPR Pasca BI-Rate Turun

Ia merinci penyaluran kredit Bank Mandiri ke sektor-sektor padat karya seperti industri tekstil, industri makanan dan minuman, perkebunan, dan pertanian, secara akumulasi tumbuh 12,8% yoy menjadi Rp 190,98 triliun hingga Agustus 2024.

“Pertumbuhan kredit akan difokuskan kepada sektor-sektor yang prospektif sesuai Loan Portfolio Guideline dengan tetap menjaga tingkat diversifikasi portofolio sesuai risk appetite,” tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×