kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.759.000   -6.000   -0,34%
  • USD/IDR 16.600   -40,00   -0,24%
  • IDX 6.236   74,40   1,21%
  • KOMPAS100 884   15,16   1,75%
  • LQ45 697   15,99   2,35%
  • ISSI 196   0,74   0,38%
  • IDX30 366   8,49   2,37%
  • IDXHIDIV20 443   9,73   2,24%
  • IDX80 100   1,98   2,01%
  • IDXV30 106   1,12   1,07%
  • IDXQ30 121   2,95   2,50%

Tantangan Berat Asuransi Kredit: Rasio Klaim Tinggi Ancam Stabilitas Keuangan


Minggu, 23 Maret 2025 / 21:54 WIB
Tantangan Berat Asuransi Kredit: Rasio Klaim Tinggi Ancam Stabilitas Keuangan
ILUSTRASI. Graha Askrindo


Reporter: Shintia Rahma Islamiati | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri asuransi kredit saat ini menghadapi tantangan besar dengan tingginya rasio klaim yang berisiko mengguncang stabilitas keuangan perusahaan asuransi. 

Direktur Utama PT Askrindo, M. Fankar Umran, menjelaskan bahwa salah satu faktor utama yang menyebabkan hal ini adalah asymmetric information. Lembaga pembiayaan memiliki informasi lebih lengkap mengenai calon debiturnya dibandingkan perusahaan asuransi. 

“Ketika kami mengasuransikan kredit, kami tidak benar-benar tahu bagaimana bank atau lembaga pembiayaan menganalisis risiko debiturnya. Bahkan jika kami ingin tahu, prosesnya terlalu rumit,” ujar Fankar dalam acara seminar Warta Ekonomi bertajuk Membedah Ekosistem Asuransi Kredit, Jumat (21/3/2025).

Baca Juga: ASEI Tengah Kembangkan Asuransi Kredit Khusus Industri P2P Lending

Tantangan lainnya adalah Long-Term Liabilities. Fankar mengatakan asuransi kredit sering kali harus menanggung klaim dengan jangka waktu panjang, terutama dalam kredit konsumtif yang dapat berlangsung hingga 20 tahun. Hal ini membutuhkan manajemen keuangan yang kuat untuk memastikan keberlanjutan perusahaan asuransi.

Selain itu, asuransi kredit sangat erat kaitannya dengan fluktuasi ekonomi. Berbeda dengan asuransi umum, yang klaimnya tidak secara langsung dipengaruhi kondisi ekonomi, klaim asuransi kredit justru meningkat saat terjadi gejolak ekonomi. Bahkan ketika ekonomi mulai membaik, klaim tetap tinggi akibat efek lagging spillover

“Ketika ekonomi bergejolak, klaim asuransi kredit mulai naik, dan meskipun ekonomi membaik, klaim tetap tinggi karena dampak krisis sebelumnya masih terasa,” ujar Fankar. 

Fenomena ini terjadi karena banyak kredit memiliki tenor panjang, sehingga meskipun NPL perbankan mulai turun, klaim di asuransi tetap meningkat karena dampak kredit macet dari periode sebelumnya.

Kompleksitas risiko dalam asuransi kredit juga jauh lebih tinggi dibandingkan asuransi umum. Semua risiko yang ada di asuransi umum bisa berdampak pada kredit. 

“Misalnya, jika sebuah toko terbakar, kreditnya bisa langsung macet. Jika debitur meninggal, tidak ada yang melanjutkan pembayaran kreditnya,”

Di luar itu, faktor eksternal seperti perubahan regulasi, kondisi politik, serta moral hazard juga memperburuk situasi. Tidak jarang ditemukan kasus debitur yang menyembunyikan informasi keuangan atau memanipulasi dokumen untuk mendapatkan kredit. 

Bahkan, menurut Fankar ada kemungkinan keterlibatan oknum bank dalam praktik manipulasi data, yang akhirnya meningkatkan jumlah klaim yang harus dibayar asuransi.

Baca Juga: Risk Sharing Asuransi Kredit atas Perdagangan Diputus 10%, Ini Penjelasan OJK

Tantangan lain yang tidak kalah penting adalah underpriced premium, di mana premi yang ditetapkan terlalu rendah dibandingkan dengan tingkat risiko yang dihadapi. 

“Bagaimana mungkin Jika NPL di perbankan sekitar 2%, sementara asuransi hanya meng-cover dengan premi 1%, sudah pasti rugi,” tegas Fankar. 

Asuransi kredit tidak hanya menanggung risiko gagal bayar, tetapi juga risiko kematian debitur yang sering kali tidak diperhitungkan dalam penentuan premi.

Untuk mengatasi permasalahan ini, Fankar menjelaskan salah satu solusi yang diusulkan adalah penerapan look-back policy. Jika ada klaim yang muncul dalam waktu singkat, misalnya dalam 10 bulan pertama, maka perlu dilakukan evaluasi ulang terhadap proses analisis kredit. 

Jika ditemukan indikasi kesalahan atau manipulasi, klaim bisa ditolak. Selain itu, asuransi juga perlu lebih selektif dalam memilih bank atau lembaga pembiayaan yang akan diajak bekerja sama.

“Tidak semua bank memiliki kualitas analisis kredit yang baik. Kami harus selektif, tidak bisa otomatis cover semua kredit,” jelasnya.

Baca Juga: Asuransi Kredit Jadi Lini Bisnis dengan Klaim Tertinggi, Ini Penyebabnya

Selanjutnya: Ceriakan Momen Idulfitri, Pertamina Bagikan THR kepada Anak-Anak

Menarik Dibaca: Komunitas Kampus Saham Gencar Edukasi Investasi Saham Bertanggungjawab

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Procurement Economies of Scale (SCMPES) Brush and Beyond

[X]
×