kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Target CIMB Niaga lebih konservatif tahun depan


Selasa, 02 Desember 2014 / 12:16 WIB
Target CIMB Niaga lebih konservatif tahun depan
ILUSTRASI. Kolaborasi seniman dari berbagai daerah menampilkan pertunjukan seni Beksan Akapela Pradaksina saat pembukaan Indonesia Bertutur 2022 di Taman Lumbini Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, Rabu (7/9/2022). ANTARA FOTO/Anis Efizudin/wsj.


Reporter: Adhitya Himawan | Editor: Uji Agung Santosa

JAKARTA. Bank CIMB Niaga mulai menyusun rencana bisnis bank (RBB) untuk tahun 2015. Dalam RBB yang tengah disusun itu, CIMB Niaga menargetkan pertumbuhan kredit maupun pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) yang konservatif.
 
Direktur Strategy & Finance Bank CIMB Niaga Wan Razly Abdullah mengatakan, saat ini pihaknya tidak dapat menyampaikan target laba bersih di tahun 2015. “Karena itu bersifat forward looking statement sehingga dapat mempengaruhi investor,” kata Wan Razly saat dihubungi KONTAN, Senin (1/12).
 
Wan Razly menambahkan target pertumbuhan kredit Bank CIMB Niaga di tahun 2015 lebih konservatif dari target industri yang diarahkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Target pertumbuhan kredit Bank CIMB Niaga di tahun depan dipatok di kisaran 12% secara year on year (yoy). “Sementara target pertumbuhan DPK sejalan dengan arahan dari OJK yaitu di kisaran 11% secara yoy,” ujar Wan Razly.
 
Penetapan target yang konservatif ini berdasarkan perkiraan kondisi makro ekonomi dan kondisi pasar nasional saat ini yang masih sangat menantang. Di pertengahan November 2014, pemerintah kembali mengurangi subsidi bahan bakar minyak (BBM). Di tahun 2015, diperkirakan The Fed akan menaikkan suku bunganya. “Hal ini akan cukup berdampak pada perekonomian nasional, terutama nilai tukar Rupiah dan tingkat bunga,” jelas Wan Razly.
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×