kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.348.000   -50.000   -2,09%
  • USD/IDR 16.726   -19,00   -0,11%
  • IDX 8.370   -1,56   -0,02%
  • KOMPAS100 1.159   1,71   0,15%
  • LQ45 844   2,78   0,33%
  • ISSI 293   0,51   0,17%
  • IDX30 443   1,88   0,43%
  • IDXHIDIV20 509   1,38   0,27%
  • IDX80 131   0,22   0,17%
  • IDXV30 136   -1,02   -0,74%
  • IDXQ30 140   0,57   0,41%

Tekan NPL, CIMB Niaga kurangi eksposur ke batubara


Senin, 07 Desember 2015 / 18:03 WIB
Tekan NPL, CIMB Niaga kurangi eksposur ke batubara


Reporter: Issa Almawadi | Editor: Havid Vebri

JAKARTA. Bank CIMB Niaga terus mengurangi portofolio kredit ke sektor tambang, khususnya batubara. Harga komoditas yang terus menurun dan adanya ketidakpastian prospek industri tambang, menjadi alasan bank asal Malaysia itu.

Belum lama ini, CIMB Niaga telah mengalihkan kredit macet senilai US$ 200 juta atau berkisar Rp 2,7 triliun kepada Special Purpose Vehicle (SPV) bentukan sang induk.

Kredit macet itu pun berasal dari sektor tambang batubara. "Kredit macet yang kami alihkan sudah benar-benar macet, debiturnya sudah tidak bisa bayar," tutur Wan Razly Abdullah, Direktur Keuangan dan Strategi CIMB Niaga, Senin (7/12).

Untuk menghindari kejadian serupa, Razly menegaskan, pihaknya menahan diri untuk menyalurkan kredit ke sektor itu maupun industri penunjangnya. Bahkan Razly bilang, porsi kredit tambang batubara CIMB Niaga sudah turun menjadi sekitar 3% dari posisi di 2013 yang masih 10% dari total kredit.

Meski begitu, lanjut Razly, CIMB Niaga masih mempertahankan kredit ke perusahaan pemain besar batubara. "Jadi lebih selektif. Kami pertahankan yang big player," imbuh Razly.

James Rompas, Wakil Direktur Utama CIMB Niaga menambahkan, sektor batubara mengalami masa sulit sejak awal tahun ini. Menurut James, penurunan harga komoditas tersebut pun langsung berpengaruh ke industri penunjangnya.

Sejak saat itu, kata James, CIMB Niaga sudah membentuk tim untuk melakukan restrukturisasi dan penyehatan kredit dan menyisihkan lebih besar dana pencadangan. "Nanti, kalau harga komoditas sudah membaik, maka dana yang kami cadangkan akan berbalik positif," ujar James.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×