kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45926,73   11,38   1.24%
  • EMAS1.310.000 -1,13%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Tenang, bankir pastikan tren penurunan bunga kredit berlanjut


Jumat, 18 September 2020 / 19:37 WIB
Tenang, bankir pastikan tren penurunan bunga kredit berlanjut
ILUSTRASI. Papan elektronik bunga deposito di Bank BNI, Jakarta. KONTAN/Cheppy A. Muchlis


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menahan laju tingkat bunga acuan BI 7-day reverse repo rate (7DRRR) di level 4%. Selain untuk menjaga stabilitas nilai tukar, alasan utama BI menahan bunga acuan dipicu oleh sudah berlangsungnya tren penurunan bunga kredit.

Bahkan, Gubernur BI Perry Warjiyo dalam Konferensi Pers Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI mengatakan saat ini tingkat suku bunga di perbankan memang sudah ada di level yang rendah.

Misalnya saja, suku bunga deposito dan kredit modal kerja pada Agustus 2020 menurut BI sudah turun dari 5,63% dan 9,47% pada Juli 2020 menjadi 5,49% dan 9,44%. Hal ini juga ditambah dengan masih tersedianya likuiditas yang memadai bagi perbankan untuk menyalurkan kredit.

Baca Juga: BI ramal akan terjadi deflasi 0,01% mom pada September 2020

Segendang sepenarian, beberapa bankir yang dihubungi Kontan.co.id juga sependapat dengan BI. PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) misalnya yang walau BI7DRRR ditahan, tren penurunan bunga kredit sejatinya terus berlanjut.

Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri Rully Setiawan bilang selama ini kebijakan penyesuaian suku bunga deposito di bank mandiri dilakukan berdasarkan review suku bunga dana maupun kredit dengan mempertimbangkan suku bunga acuan dan suku bunga pasar, kondisi likuiditas, serta arah kebijakan pemerintah.

"Tahun ini, kami telah menurunkan suku bunga deposito sebanyak 4 kali dan masih mungkin diturunkan kembali mengikuti perkembangan pasar," ujarnya, Jumat (18/9).

Asal tahu saja, semakin rendahnya tingkat bunga deposito perbankan, maka beban bunga perbankan (cost of fund) akan semakin menciut. Bila hal itu terjadi, maka bank akan lebih leluasa untuk menurunkan bunga kredit. Sederhananya, penurunan bunga deposito secara bertahap bakal diikuti dengan penurunan bunga kredit.

Baca Juga: Menurut pengamat, ini alasan bunga kredit bank harus turun di tengah pandemi

Tetapi, menurut Bank Mandiri walau bunga kredit terus melandai, laju ekspansi kredit perbankan tetap akan tersendat tahun ini. Alasannya, pertumbuhan kredit yang lesu lebih disebabkan oleh faktor melambatnya permintaan domestik akibat kekhawatiran terhadap masih meningkatnya infeksi Covid-19.

Walhasil, persepsi dunia usaha dan konsumen berdasarkan analisa perseroan masih cenderung bersikap hati-hati. Untuk itu, bank berlogo pita emas ini berharap upaya pemerintah pada penanganan Covid-19 akan bisa memulihkan kepercayaan diri alias confidence pelaku usaha dan konsumen.

"Penurunan suku bunga pun akan dapat membantu, dengan timing yang tepat. Saat ini likuiditas masih cukup berlimpah, sehingga kami perkirakan penurunan suku bunga lebih lanjut baru akan terjadi di kuartal IV," terang Rully.

Lebih lanjut, Bank Mandiri memandang yang dilakukan pemerintah dari sisi kebijakan makro dan mikro ekonomi sebenarnya sudah cukup baik. Semisal, dengan memberi insentif seperti subsidi bunga, pemberian jaminan kredit, penempatan dana PEN pada bank-bank dan beberapa stimulus lainnya.

Hanya saja, untuk memunculkan minat masyarakat atau dunia usaha dalam meminjam kredit pada situasi pandemi, tentunya harus dibutuhkan kepastian. Salah satunya mengoptimakan penanganan Covid-19 dan pengembangan vaksin.

Senada, Direktur Keuangan PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) Nixon Napitupulu menyampaikan bahwa sebenarnya bunga perbankan sudah rendah.

Baca Juga: Bukan pangkas suku bunga, ini cara efektif dorong kredit menurut ekonom saat pandemi

Walau tidak merinci, Nixon menyebut seluru kredit baru di BTN diberikan dengan tingkat bunga yang jauh lebih rendah dari kondisi normal. "Kredit tetap harus tumbuh, walau tumbuhnya di bawah kondisi saat normal," ujarnya.

Sayangnya, Nixon tidak dapat merinci berapa besaran penurunan bunga kredit di BTN sejauh ini. Yang jelas, dalam mengambil keputusan untuk memangkas bunga kredit, memang memerlukan waktu. Sepanjang likuiditas ada di batas yang aman, tentu ruang penurunan bunga kredit masih tetap terbuka.

Begitu juga dengan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) yang bilang akan tetap menyesuaikan suku bunga dengan kondisi pasar dan dengan mempertimbangkan aspek kompetitif.

Kendati tidak merinci penurunan bunga kredit sejauh ini, menurut Direktur Keuangan BCA Vera Eve Lim bunga deposito BCA sudah turun 100 basis poin dari akhir 2019 menjadi 3,5% per Agustus 2020 secara rata-rata.

Laju kredit di BCA juga diakuinya masih terbilang positif dengan kenaikan sebesar 5,3% secara year on year (yoy) di semester pertama tahun ini. Lalu, laju pemberian kredit ke segmen korporasi juga masih naik 17,7% yoy menjadi Rp 257,9 triliun. Walau memang untuk beberapa segmen seperti UKM dan konsumer tidak terlalu tinggi alias flat.

Itu dari kacamata bank-bank raksasa. Nah, menurut bank kecil seperti di PT Bank Ina Perdana Tbk pihaknya saat ini lebih memilih untuk bermain aman, alias mengerem kredit terutama pada jenis kredit investasi yang punya risiko tinggi.

Lagi pula, Direktur Utama Bank Ina Daniel Budirahayu bilang di situasi krisis kesehaatan, permintaan kredit sangat begantung pada kondisi ekonomi.

Baca Juga: Ada pinjaman modal bisa tanpa agunan dari BNI, ini syarat dan bunga KUR mikro BNI

"Demand kredit tergantung situasi, saat ini penuh ketidakpastian. Selain pandemi Covid-19 juga geo politic dan perang dagang AS dan China yang terus berlanjut," kata Daniel.

Tetapi, bukan tidak menurunkan bunga. Menurutnya pihaknya sudah menurunkan bunga kredit di selama periode pandemi Covid-19 sekitar 25 sampai 50 basis poin di beberapa jenis kredit. Selain itu suku bunga deposito juga ditahan di posisi 5,25% alias sesuai dengan rata-rata pasar.

Wajar menurutnya bila bank tak mau menggebu-gebu menyalurkan kredit, apalagi di situasi yang tidak menentu. Menurutnya, peran pemerintah perlu lebih optimal lagi untuk mendorong iklim perekonomian yang positif.

"Stimulus pemerintah sudah benar, dengan menyalurkan bantuan ke rakyat. Hanya perlu dipercepat karena yang sudah tersalurkan baru sekitar 34%," pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News





[X]
×