Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penguatan rupiah yang terjadi pada sebulan terakhir diharapkan mampu memperkuat kondisi likuiditas valuta asing (valas) yang dimiliki perbankan. Terlebih, ketika nasabah pada akhirnya lebih memilih menyimpan valas yang dimiliki.
Pada akhir pekan lalu, kurs rupiah spot ditutup menguat ke level Rp 15.492 per dolar Amerika Serikat (AS). Level tersebut sudah jauh lebih menguat dibandingkan pada posisi akhir Juli 2024 yang masih berada di level Rp 16.260 per dolar AS.
Tetapi, dia melihat tren penguatan rupiah ini belum akan stabil dalam jangka panjang. Artinya, mata uang rupiah yang fluktuatif masih menjadi tantangan bagi kondisi likuiditas perbankan.
”Dampaknya memang ada tapi rasanya belum akan signifikan dan panjang,” ujar Amin.
Baca Juga: Rasio Utang Pemerintah Turun 38,68% pada Juli 2024
Namun, itu merupakan data di Juli 2024, di mana penguatan rupiah belum terlihat signifikan. Mengingat, sepanjang Juli 2024, kurs rupiah spot hanya menguat 0,70% terhadap dolar AS dari posisi Rp 16.375 per dolar AS per Jumat (28/6) akhir Juni lalu.
Direktur Finance PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI), Novita Widya Anggraini mengungkapkan bahwa saat ini BNI memiliki likuiditas valas yang masih terjaga dengan baik dan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh regulator, maupun sesuai dengan risk appetite dan risk tolerance BNI.
Hanya saja, dia tak mau menyebutkan saat ini berapa posisi simpanan valas yang dimiliki oleh bank berlogo 46 ini. Novita hanya memastikan bahwa likuiditas valas BNI cukup untuk mendukung rencana ekspansi kredit valas yang dijalankan.
“BNI saat ini memang masih fokus untuk mendukung ekspansi kredit valas sebagai bagian dari strategi bisnis kami,” ujarnya.
Baca Juga: BI Sebut Inklusi Keuangan Indonesia Masih Mandek, Ini Penyebabnya
Selain itu, BNI akan aktif melakukan inisiasi pendanaan jangka menengah sampai dengan jangka panjang yang berasal dari non-dana pihak ketiga, baik secara bilateral ataupun sindikasi loan atau melalui instrumen pasar modal untuk menjaga sustainabilitas pertumbuhan bisnis bank.
“Dari sisi dana pihak ketiga, bank juga banyak mendapatkan potensi penempatan devisa hasil ekspor (DHE) untuk nasabah-nasabah eksportir yang cukup signifikan dan sustain,” ujarnya.
Jika menilik laporan keuangan BNI per Juni 2024, posisi term deposit valas dari DHE yang ditempatkan di BNI senilai Rp 2,79 triliun. Angka tersebut naik dari posisi akhir tahun 2023 yang senilai Rp 2,54 triliun.
Baca Juga: Likuiditas Perekonomian di Juli Tumbuh Lebih Lambat
”Sejalan proyeksi pertumbuhan transaksi valuta asing, kondisi perekonomian domestik serta global, serta pergerakan nilai tukar rupiah,” ujar Hera.
Dia bilang pihaknya selalu akan memenuhi kebutuhan transaksi valas sesuai dengan kebutuhan nasabah dalam berbagai jenis mata uang. Hera memastikan BCA akan senantiasa menjaga keseimbangan antara kecukupan likuiditas dengan ekspansi kredit yang sehat, dengan tetap mempertimbangkan perkembangan kondisi pasar dan risiko.
Sebagai informasi, nilai DPK valas BCA per Juni 2024 tercatat mencapai Rp 75 triliun. Angka tersebut berkontribusi sekitar 6,7% dari total DPK BCA.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News