Reporter: Nadya Zahira | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID- JAKARTA. Akseleran menilai menurunnya jumlah kelas menengah di tahan air tahun 2024 bisa berdampak pada penurunan kemampuan bayar debitur sehingga mengakibatkan kredit macet.
Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan bahwa sebanyak 9,4 juta penduduk kelas menengah di Indonesia mengalami penurunan status ke kelompok aspiring middle class selama periode 2019-2024.
Hal tersebut membuat jumlah kelas menengah turun menjadi 47,85 juta orang pada 2024, dan berdampak pada pelemahan daya beli. Kondisi ini tentu juga akan merugikan industri fintech peer to peer (P2P) lending karena jika daya beli melemah, maka kemungkinan besar kredit macet akan meningkat.
Menanggapi hal ini, Group CEO & Co-Founder Akseleran, Ivan Nikolas Tambunan, mengatakan bahwa belum melihat korelasinya secara langsung. Pasalnya, fokus utama perusahaan berada di segmen pinjaman produktif. Namun, menurut dia hal tersebut tentu bisa berdampak pada penurunan kemampuan bayar debitur, dan akibatnya terjadi kredit macet.
“Kendati demikian, pandangan kami yang utama itu adalah dilakukannya assesment pinjaman secara prudent. Bila ini dilakukan, maka kredit macet bisa terjaga. Dan ini yang terus menjadi salah satu fokus utama kami," kata Ivan kepada Kontan.co.id, Senin (30/9).
Baca Juga: Potensi Penerimaan Pajak Dari Crazy Rich Indonesia Bisa Capai Rp 50 Triliun
Ia menyebutkan, sampai akhir Agustus 2024, penyaluran pinjaman Akseleran tahun ini di sekitar Rp 2 triliun. Angka ini sedikit turun 5% jika dibandingkan dengan periode yang sama di tahun lalu.
Sedangkan untuk tingkat keberhasilan bayar 90 hari (TKB90) perusahaan terus membaik dan saat ini berada di angka 99,83%, angka ini menunjukkan performa yang stabil dan positif.
Lebih lanjut, Ivan mengatakan strategi yang dilakukan Akseleran untuk mempertahankan TWP90 agar tetap dalam kondisi aman salah satunya yakni dengan melakukan assessment pinjaman yang prudent.
"Produk yang kami berikan itu cashflow-based loan product seperti invoice financing, invoice financing dan inventory financing. Di sini kami analisa cashflow certain nya, berapa kapasitas cashflow yang bisa menopang pinjaman. Kami juga cek invoice nya, kemudian saat ada joint account, maka kami cek credit history nya. Ini membuat kami bisa memitigasi risiko kredit dengan baik secara konsisten," imbuhnya.
Di sisi lain, Ivan mengatakan bahwa Akseleran terus mengedukasi para peminjam khusus untuk buka usaha, terkait pembukuan dan pengelolaan keuangan agar tidak mencampur uang usaha dengan uang pribadi, sehingga pencatatan keuangan lengkap dan akurat.
Baca Juga: Menakar Peluang Bank BTN Menyalurkan Kredit Perumahan di Pemerintahan Prabowo
Selanjutnya: Ditutup Melemah, Rupiah Diprediksi Berbalik Menguat pada Selasa (1/10)
Menarik Dibaca: Cara Reset iPhone 12 untuk Mengatur Ulang agar Kembali Seperti HP Baru
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News