Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah kondisi pandemi Covid-19 posisi likuiditas perbankan masih terbilang aman. Hal ini sejatinya disebabkan masih banyaknya perbankan yang memilih untuk menahan diri dalam menyalurkan kredit dan fokus memperbaiki kualitas aset lewat restrukturisasi.
Misalnya saja, data Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) per April 2020 mencatatkan posisi Loan to Funding Ratio (LFR) perbankan masih terbilang longgar di posisi 84,02%. Posisi ini praktis menurun dari periode April tahun lalu yang menyentuh 86,5%.
Kemudian, data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) di bulan Mei 2020 menunjukkan kalau loan to deposit ratio (LDR) perbankan menurun ke level 90,42% dari 91,55% di bulan sebelumnya. Hal ini tak lain disebabkan realisasi kredit di bulan Mei 2020 yang tumbuh melambat 3,04% yoy sementara dana pihak ketiga (DPK) meningkat 8,87% yoy.
Baca Juga: LPS : Kami bisa menjamin simpanan kalau bank sudah dinyatakan gagal
Sejumlah bank pun sepakat mengatakan likuiditas masih kuat. PT Bank Central Asia Tbk (BCA) misalnya mencatatkan LFR di bulan Maret 2020 masih di level 77,65.
Executive Vice President Secretariat & Corporate Communication BCA Hera F Haryn menjelaskan pada dasarnya pihaknya tetap menyalurkan kredit, tetapi dengan prinsip kehati-hatian yang diperketat.
Sebab, kalau berkaca pada kinerja di bulan Maret 2020, nyatanya kredit BCA masih naik 12,3% yoy menjadi Rp 612,2 triliun. Hal ini juga dibarengi dengan penurunan bunga kredit yang sudah turun sejak 1 April 2020 secara rata-rata turun sejalan dengan penurunan bunga acuan.
Baca Juga: Sedang berjuang memperbaiki likuiditas, Bukopin bayar bunga obligasi Rp 12 miliar
"Kami mencermati bahwa permintaan terhadap kredit secara keseluruhan melambat di tengah situasi pandemi COVID-19. Pada dasarnya, BCA siap menyalurkan kredit sesuai dengan prinsip kehati-hatian," katanya kepada Kontan.co.id, Senin (29/6).
Bukan cuma bank besar saja, bank kecil juga mengaku sampai sekarang likuiditas masih dalam status normal. PT Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara (Bank Sumut) misalnya yang mencatatkan LDR di posisi Mei sebesar 87,6%.
"Kondisi likuiditas saat ini aman dengan AL/NCD 72,4%," terang Sekretaris Perusahaan Bank Sumut Syahdan Siregar.
Bank milik Pemprov Sumatra Utara ini juga bilang kalau sepanjang masa pandemi Covid-19 ini Bank Sumut tetap menyalurkan kredit tapi secara tersegmentasi. Khususnya untuk kredit pada Aparatur Sipil Negara (ASN) dan Pra Pensiun.
Pihaknya berharap, dengan sudah dijajakinya masa transisi kenormalan baru, tren penurunan bunga akan terus berlanjut dan stimulus kredit yang sudah digadang Pemerintah dapat menumbuhkan ekonomi ke depannya.
Melihat kondisi ekonomi yang masih terdampak Covid-19 ini Bank Sumut pun bakal merevisi target kredit ke bawah. Sayangnya, pihaknya belum dapat menyebutkan target tahun ini.
Baca Juga: Sri Mulyani ungkap tiga masalah ekonomi yang disebabkan pandemi Covid-19
Setali tiga uang, Direktur PT Bank Woori Saudara Tbk (BWS) Sadhana Priatmadja walau tidak merinci mengatakan angka LFR memang menurun.
Hal ini disebabkan adanya tren penyaluran kredit yang melambat. Lantaran kredit yang terbilang lesu di kuartal II 2020 ini, pihaknya pun sudah menurunkan tingkat bunga Dana Pihak Ketiga (DPK) untuk mengurangi beban bunga. "Kami mengganti dana mahal dengan yang lebih murah," katanya.
Pun, Sadhana beranggapan di kuartal III 2020 mendatang diharapkan penyaluran kredit bisa lebih bergairah agar profitabilias perseroan tentunya bisa ikut tergerak. Sebagai informasi, hingga akhir Mei 2020 lalu Bank BWS masih berhasil mencatat realisasi kredit tumbuh 14,87% yoy menjadi Rp 28,22 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News