Reporter: Christine Novita Nababan | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Tak ada rotan, akar pun jadi. Pameo ini sepertinya tepat menggambarkan rencana Adira Finance dalam menyumpal pendanaannya tahun ini. Buktinya, urung menerbitkan sukuk di Negeri Jiran, anak usaha PT Bank Danamon Indonesia Tbk itu berancang-ancang kembali menawarkan obligasi alias surat utang.
Tak tanggung-tanggung, surat utang yang akan dilepas Adira Finance diperkirakan mencapai Rp 1 triliun. "Sampai saat ini, kami kan sudah menerbitkan obligasi hingga Rp 3 triliun. Kalau tambah Rp 1 triliun lagi, bisa lah," imbuh I Dewa Made Susila, Direktur Adira Finance, Selasa (22/9) lalu.
Rencananya, surat utang yang merupakan bagian dari Penawaran Umum Berkelanjutan (PUB) ini akan dilempar pada kuartal keempat.
"Dengan catatan, aktivitas usaha pembiayaan menunjukkan peningkatan dan permintaannya memang ada. Karena, seluruhnya akan digunakan untuk usaha pembiayaan kami," tegas dia.
Total kebutuhan pendanaan Adira Finance sejak awal sampai akhir tahun ini sebesar Rp 11 triliun. Kebutuhan itu dipenuhi dari berbagai macam, seperti penerbitan obligasi, pinjaman luar negeri, serta pinjaman dari bank mitra di dalam negeri, termasuk modal sendiri.
Pada Juni 2015 lalu, emiten dengan kode ADMF tersebut menerbitkan Obligasi Berkelanjutan III Adira Finance Tahap I Tahun 2015 sebesar Rp 2 triliun dan Sukuk Mudharabah Berkelanjutan II Adira Finance Tahap I Tahun 2015 sebanyak Rp 500 miliar. Adapun, masing-masing surat utang tersebut diterbitkan dalam dua seri, yaitu Seri A dan B.
Namun demikian, menurut Made, kondisi pasar pembiayaan yang suam-suam kuku dalam dua tahun terakhir ini membuat perseroan berpikir dua kali untuk melakukan ekspansi pembiayaan. Harap maklum, industri penjualan otomotif sendiri memang tengah seret.
Sampai pertengahan tahun ini, penjualan otomotif masih menunjukkan pertumbuhan negatif. Dari sepeda motor, penjualannya turun hingga 22,7%. Ini merupakan pencapaian terendah dalam tiga tahun terakhir. Sementara, penjualan kendaraan roda empat turun 15%.
"Ini mempengaruhi industri turunannya, pembiayaan. Perkiraan kami, pertumbuhan pembiayaan pada kuartal ketiga masih akan negatif. Makanya, penerbitan obligasi akan melihat kondisi pasar dan permintaan pembiayaan kuartal ketiga ini. Jika terjadi peningkatan, ya bisa saja tambah Rp 1 triliun lagi," pungkas Made.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News