Reporter: Tendi Mahadi | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Perusahaan penjaminan kredit Perum Jamkrindo mengakui bisnis penjaminan kredit usaha rakyat (KUR) tahun ini cukup berat. Keterlambatan berjalannya program KUR yang mulai pertengahan tahun ini menekan bisnis perusahaan di segmen tersebut.
Direktur Jamkrindo Bakti Prasetyo menyebut, waktu penyaluran KUR yang mundur ini bakal membuat waktu mereka untuk menggeber bisnis penjaminannya pun ikut mepet. Hal ini memang berpotensi membuat volume penjaminan kredit untuk usaha kecil dan menengah ini ikut makin rendah.
Ditambah lagi plafon KUR tahun ini pun lebih rendah dibanding tahun lalu, yakni dari Rp 40 triliun menjadi Rp 30 triliun.
Namun ia mengaku belum bisa memprediksi potensi penurunan volume penjaminan KUR Jamkrindo sampai akhir tahun nanti. Yang jelas, "Otomatis target penjaminan juga mengikuti," kata dia, Selasa (11/8).
Di tahun lalu, Jamkrindo mencatatkan volume penjaminan KUR sebesar Rp 21 triliun.
Bakti menilai, keterlambatan berjalannya KUR terjadi karena butuh waktu untuk menyempurnakan program tersebut. "Termasuk untuk menerbitkan Keppres agar lebih kuat dan mampu mengakses birokrasi sampai tingkat pemda," ungkapnya.
Meski program KUR lamban turun, namun kinerja Jamkrindo tetap positif sampai tengah tahun ini. Hingga bulan Juni 2015, Jamkrindo mencatatkan total volume penjaminan sebesar Rp 25,8 triliun, atau meningkat 150% secara year on year.
Peningkatan ini didorong oleh penjaminan di luar KUR baik untuk penjaminan kredit dari perbankan maupun non bank.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News