Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Handoyo .
“Seiring kondisi ekonomi yang cenderung melambat, proyeksi kredit kami juga akan melambat pada 2020, ini akan mempengaruhi aset tahun ini,” sambung Haru.
Hal senada juga disampaikan oleh Direktur PT Bank Oke Indonesia Tbk (DNAR) Efdinal Alamsyah, bank di kelas BUKU 2 ini menyebut tingginya permintaan restrukturisasi debitur perseroan yang terimbas pandemi jadi alasannya. “Hampir setengah nasabah kami mengajukan restrukturisasi, di sisi lain sehubungan dengan pandemi pertumbuhan bisnis kami juga melambat signifikan,” ungkapnya kepada Kontan.co.id.
Hingga Mei 2020 aset perseroan terhimpun Rp 4,93 triliun dengan pertumbuhan negatif 3,29% (ytd) dibandingkan akhir Desember senilai Rp 5,10 triliun. Adapun pertumbuhan kredit perseroan sejatinya tumbuh cukup signifikan sebesar 10,13% (ytd).
Makanya, Efdinal bilang hingga akhir tahun perseroan bakal lebih selektif menyalurkan kredit. Saat ini perseroan juga tengah menyiapkan sejumlah revisi rencana bisnisnya untuk tahun ini.
Baca Juga: BCA aktif turunkan suku bunga kredit, simak besarannya
PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) yang termasuk dalam kelas BUKU 3 juga mengalami hal serupa. Hingga April 2020, aset perseroan negatif 2,37% (ytd) menjadi Rp 306,68 triliun. Adapun penyaluran kreditnya juga tumbuh negatif 1,73% (ytd).
Meski demikian, Direktur Utama BTN Pahala N Mansury masih optimistis hingga akhir tahun perseroan mengejar meraih pertumbuhan yang positif. “Secara tahunan aset kami masih tumbuh positif, DPK juga tumbuh baik. Sampai akhir tahun kami targetkan aset bisa tumbuh di kisaran 7%,” ujarnya kepada Kontan.co.id.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News