Reporter: Ario Fajar | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Perum Pegadaian mencatat, sebanyak 40 dari 4.500 cabang (outlet) yang ada di Indonesia mengalami kerugian yang cukup besar. Kondisi ini terjadi karena minimnya omzet setiap tahun, sementara biaya operasional terus meningkat.
"Kebanyakan outlet yang tidak sehat berada di Pulau Jawa khususnya di Jawa Barat, dimana yang mengalami kemunduran kinerja adalah outlet yang berada di pelosok daerah," ujar Kepala Hubungan Masyarakat Perum Pegadaian Irianto kepada KONTAN (18/12).
Irianto bilang, cabang yang mengalami kerugian tersebut dikarenakan omzet setiap tahun turun anjlok hingga 80%. Masyarakat yang menggadaikan barangnya tergolong sangat sedikit, yakni hanya sekitar puluhan setiap hari. Padahal, biasanya satu outlet bisa disinggahi oleh ratusan nasabah. Sekalipun pun ada transaksi gadai, kata dia, hanya barang yang tidak terlalu tinggi nilainya seperti penanak nasi dan alat elektronik lama.
Idealnya, satu cabang bisa menyalurkan omzet sedikitnya Rp 5 miliar setiap tahun. Sementara untuk keempat puluh outlet tersebut omzetnya kurang dari Rp 1 milliar setiap tahun. "Kerugian karena kami harus membayar pembayaran rutin seperti listrik, sewa gedung, gaji pegawai, serta keperluan managemen setiap bulannya. Sementara pendapatan yang mereka terima tidak sebanding dengan biaya tiap bulan" terang Irianto.
Sayangnya, Irianto enggan menyebutkan secara jelas dimana kantor cabang yang mengalami kerugian tersebut. Namun yang pasti 80% masih di Pulau Jawa. “Yah, Sawahlunto dan Timah yang kinerjanya terus melorot,” ujarnya singkat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News