kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Walau diramal membaik di kuartal III, bankir tak mau ngotot salurkan kredit


Kamis, 16 Juli 2020 / 17:11 WIB
Walau diramal membaik di kuartal III, bankir tak mau ngotot salurkan kredit
ILUSTRASI. Nasabah melakukan transaksi keuangan di salah satu bank swasta di Jakarta, Rabu (1/4). Walau diramal membaik di kuartal III, bankir tetap tak ngotot salurkan kredit./pho KONTAN/Carolus Agus Waluyo/01/04/2020.


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perlambatan ekonomi yang disebabkan oleh pandemi Covid-19 membuat perbankan semakin waspada dalam menyalurkan kredit. Wajar, risiko kredit dalam kondisi seperti saat ini memang sangat tinggi. 

Meski begitu survei perbankan yang dilakukan oleh Bank Indonesia (BI) memprediksi kebijakan penyaluran kredit pada kuartal III-2020 akan lebih longgar. Hal ini terindikasi dari indeks lending standard sebesar 3,9%, jauh lebih rendah dibandingkan 34,4% pada kuartal sebelumnya. 

Baca Juga: BI isyaratkan burden sharing berpotensi mengerek inflasi tahun depan

"Pelonggaran standar penyaluran kredit akan dilakukan pada seluruh jenis kredit, dengan aspek kebijakan penyaluran kredit yang akan diperlonggar yaitu plafon kredit, agunan, dan jangka waktu kredit," tulis Survei Perbankan BI, yang dirilis Rabu (15/7). 

Adapun, prioritas utama dalam penyaluran kredit baru di kuartal III 2020 ini adalah kredit modal kerja, diikuti oleh kredit investasi dan konsumsi. 

Sementara itu, rata-rata responden dalam survei tersebut memperkirakan pertumbuhan kredit secara keseluruhan di tahun 2020 adalah sebesar 2,5%. Lebih rendah dibandingkan realisasi pertumbuhan kredit 2019 sebesar 6,1% secara year on year (yoy). 

Beberapa bankir yang dihubungi Kontan.co.id, memang mengatakan kalau kredit tahun ini kemungkinan akan jauh lebih rendah dari tahun lalu. PT Bank Panin Tbk misalnya yang memprediksi pertumbuhan kredit tahun ini kemungkinan besar akan negatif. 

Baca Juga: Pasar otomotif kembali stabil, perusahaan multifinance genjot kredit penjualan mobil

"Bank Panin masih sangat berhati-hati menyikapi kondisi ekonomi yang ada. Prioritas untuk menghadapi tahun ini adalah menjaga kesehatan bank," Herwidayatmo, Direktur Utama Bank Panin kepada Kontan.co.id, Kamis (16/7). 

Sebagai gambaran saja, merujuk laporan keuangan bulan Mei 2020 realisasi kredit Bank Panin memang turun sebesar 8,44% secara tahunan dari Rp 136,32 triliun di bulan Mei 2019 menjadi Rp 124,82 triliun pada Mei 2020. 

Pihaknya mengaku tidak terlalu khawatir dengan kredit yang tumbuh negatif, lantaran memang untuk tahun ini pertumbuhan kredit belum menjadi prioritas perseroan. Melainkan menjaga kualitas kredit alias non performing loan (NPL). 

Begitu juga dengan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) yang meramal tahun ini realisasi kredit perseroan maksimal akan ada di kisaran 4-5% saja. "Sesuai dengan kondisi perekonomian yang mengalami perlambatan karena Covid-19, tentu akan berdampak pada pertumbuhan kredit," ujar Direktur Keuangan BNI Sigit Prastowo. 

Baca Juga: Bank Dunia memproyeksi ekonomi global bisa minus 5,2% tahun ini

Namun, berbeda dengan bank lain, BNI punya ruang penyaluran kredit yang lebih luas. Terutama setelah mendapat pendanaan pemerintah terkait program pemulihan ekonomi nasional (PEN) sebesar Rp 5 triliun. BNI berkomitmen untuk dapat me-leverage dana tersebut sebanyak 3 kali dan menyalurkannya dalam bentuk kredit sebesar Rp 15 triliun.

Lebih lanjut, Sigit menjelaskan kredit BNI di tahun ini akan difokuskan pada sektor usaha prioritas, khususnya UMKM (KUR) dan sektor padat karya.  Adapun, per Mei 2020 (bank only) Bank BNI berhasil menyalurkan kredit sebesar Rp 540,41 triliun atau tumbuh 7,43% secara yoy. 

Lebih positif, PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk (Bank Jatim) malah meyakni kredit masih bisa tumbuh 8% minimal hingga 10% maksimal. Direktur keuangan Bank Jatim Ferdian Timur Satyagraha mengatakan, hal ini disebabkan oleh masih cukupnya likuiditas perseroan untuk memenuhi kebutuhan sampai akhir tahun. 

Baca Juga: Bank Dunia prediksi ekonomi Indonesia bisa tumbuh 4,8% pada 2021

"Kami sudah melakukan stress test likuiditas sampai akhir tahun, dan masih aman," kata Ferdi. Adapun, sektor-sektor yang bakal disasar oleh perseroan antara lain kesehatan, pertanian, rumah tangga dan sektor korporasi (penarikan kredit).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×