kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.326.000 1,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Walau lesu, dua bank besar ini masih yakin kredit modal kerja bisa tumbuh stabil


Minggu, 10 November 2019 / 13:22 WIB
Walau lesu, dua bank besar ini masih yakin kredit modal kerja bisa tumbuh stabil
ILUSTRASI. Petugas teller menghitung uang di salah satu bank di Jakarta


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pertumbuhan kredit perbankan sampai kuartal III 2019 lalu masih belum deras. Analisis uang beredar Bank Indonesia (BI) mencatat per September 2019 pertumbuhan kredit perbankan secara industri baru naik 8% secara year on year (yoy) menjadi Rp 5.548,1 triliun. Pertumuhan tersebut praktis lebih pelan dibandingkan bulan sebelumnya yang sempat meningkat 8,7% yoy.

Bila dirinci, perlambatan kredit utamanya terjadi pada segmen kredit modal kerja (KMK). Hingga September 2019 lalu KMK hanya mengalami peningkatan sebesar 6,1% menjadi Rp 2.552,3 triliun. Lebih pelan dibanding bulan Agustus 2019 yang masih meningkat 7,5% secara tahunan.

Laju pertumbuhan KMK lebih lambat dibandingkan kredit investasi (KI) yang meningkat 13% yoy di periode September 2019 dan kredit konsumsi yang meningkat 6,9% yoy. Menurut BI, perlambatan KMK disebabkan oleh dua sektor besar yang melambat yakni perdagangan, hotel dan restoran (PHR) serta industri pengolahan.

Baca Juga: Tahun depan, Bank Mandiri perkirakan penyaluran kreditnya tumbuh 9%-10%

Tercatat, sektor PHR hanya tumbuh 5% yoy sementara industri pengolahan tumbuh satu digit di level 7,2%. "Terutama kredit yang disalurkan untuk subsektor perdagangan eceran makanan, minuman, atau tembakau di DKI Jakarta dan Lampung," tulis BI beberapa waktu lalu.

Sementara di sektor industri perlambatan banyak disebabkan pada subsektor industri pengilangan minyak bumi, dan pengolahan gas bumi yang melambat di wilayah Kalimantan Selatan. Meski begitu dua bank terbesar di Indonesia yakni PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) dan PT Bank Mandiri Tbk mengaku KMK masih tumbuh positif. Kendati demikian, pertumbuhan memang hanya akan diramal stabil sampai akhir tahun.

Wakil Direktur Utama BNI Herry Sidharta menjelaskan, KMK merupakan mesin pendorong utama pertumbuhan kredit BNI. Menurut catatan perusahaan, KMK berkontribusi sekitar 51,5% dari total keseluruhan kredit BNI sampai saat ini.

"Sampai dengan kuartal III 2019, KMK tumbuh sebesar 12% secara yoy," terangnya kepada Kontan.co.id, Jumat (8/11). 

Melihat kondisi ekonomi saat ini, bank berlogo 46 ini meramal penyaluran KMK masih akan terjaga di kisaran 12%-13%.

Ramalan tersebut muncul setelah adanya sentimen positif di pasar yang ditopang oleh stabilnya keadaan ekonomi dan politik dalam negeri. Di samping itu, memang memasuki semester II setiap tahun pertumbuhan KMK cenderung akan lebih deras lantaran banyak perusahaan yang membutuhkan modal kerja.

"BNI akan memanfaatkan dan mengantisipasi tantangan dan peluang ini untuk penyaluran modal kerja sesuai dengan kebutuhan debitur," lanjut Herry. 

Adapun, sektor yang bakal menjadi incaran BNI di segmen ini antara lain sektor perdagangan, sektor restoran, hotel dan transportasi serta perindustrian.

Di sisi lain, Bank Mandiri mengakui bahwa pertumbuhan kredit industri perbankan saat ini tengah melemah. Meski begitu, Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri Rohan Hafas menjelaskan pihaknya akan tetap optimis menyalurkan kredit produktif dalam hal ini KMK dan kredit investasi (KI).

Walau tak begitu deras, Rohan menjabarkan bahwa hingga September 2019 lalu Bank Mandiri masih mampu menyalurkan kredit produktif mencapai Rp 593,3 triliun atau tumbuh 5,1% secara yoy. 

Baca Juga: Penurunan suku bunga BI sebagai respons melemahnya pertumbuhan kredit

Nah dari jumlah tersebut sebanyak 47% atau sebesar Rp 342,3 triliun merupakan kredit modal kerja. Sementara kredit investasi memiliki porsi sebesar 34,5% dari total kredit atau sebesar Rp 251,1 triliun.

Sayangnya, Rohan tidak merinci besaran pertumbuhan dari masing-masing segmen kredit secara keseluruhan. Meski begitu, bank berlogo pita emas ini mengungkap bahwa mayoritas KMK masuk ke subsektor pertanian, perburuan, dan kehutanan, sektor listrik, gas dan air atau masing-masing sebesar 24% dan 15% dari total kredit modal kerja.

"Hingga akhir tahun ini, kami harap penyaluran kredit modal kerja masih dapat tumbuh positif seiring dengan pertumbuhan kredit Bank Mandiri," tutur Rohan. 

Asal tahu saja, Bank Mandiri tahun ini mengubah target pertumbuhan kredit dari semula 10%-12% menjadi 8%-10%. Langkah ini dilakukan perseroan untuk lebih menjaga laju NPL sekaligus mengubah sasaran kredit ke sektor yang memiliki risiko lebih rendah.

Adapun, total realiasi kredit Bank Mandiri di September 2019 baru tumbuh 7,8% menjadi Rp 841,9 triliun dari tahun sebelumnya Rp 781,1 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×