kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Walau meningkat, bankir memastikan NPL kredit UMKM masih terjaga


Minggu, 07 Maret 2021 / 18:06 WIB
Walau meningkat, bankir memastikan NPL kredit UMKM masih terjaga
ILUSTRASI. Nasabah melakukan transaksi di?kantor cabang?Bank?BNI, Jakarta, Kamis (21/1). ./pho KONTAN/Carolus Agus Waluyo/21/01/2021.


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) segmen usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) masih terpantau stabil. Merujuk data Otoritas Jasa Keuangan (OJ) pada akhir 2020 posisi NPL ada di level 3,81%, sedikit meningkat dari periode setahun sebelumnya 3,46%. 

Bila dirinci, NPL UMKM terendah masih dipegang oleh bank persero dengan posisi sebesar 2,83% di akhir 2020. Walau begitu, realisasi itu naik dari tahun sebelumnya yang sebesar 2,74%. Jauh lebih rendah dibandingkan dengan kelompok bank lain. 

Pun, bank persero atau BUMN sejatinya masih menjadi penyalur kredit UMKM terbesar di Tanah Air. Data menunjukkan realisasi kredit UMKM Bank BUMN sudah mencapai Rp 631,21 triliun. Angka tersebut setara dengan 61,79% total kredit UMKM. Meski begitu, total kredit UMKM Bank BUMN masih tercatat tumbuh sebesar 3,01% per akhir 2020, dari realisasi tahun 2019 yang mencapai Rp 612,74 triliun. 

Baca Juga: BTN ajak pemda bantu pulihkan ekonomi lewat sektor properti

Beberapa bank yang dihubungi Kontan.co.id mengamini bahwa risiko kredit UMKM di tengah pandemi memang meningkat. Pun, pertumbuhan permintaan kredit baru juga mengalami perlambatan. 

Meski begitu, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) mengatakan pihaknya masih bisa mencatat pertumbuhan. General Manager Divisi Bisnis Usaha Kecil BNI, Bambang Setyatmojo menjelaskan per Januari 2021 realisasi kredit segmen kecil BNI sudah sebesar Rp 84 triliun. Posisi itu tumbuh sebesar 0,7% dibandingkan posisi akhir Desember 2020 sebesar Rp 83 triliun. 

Pun, dari segi NPL menurut Bambang masih relatif stabil di level 2,5% pada awal tahun 2021. Dia juga mengungkap, sektor ekonomi yang memberi kontribusi terbesar dalam NPL segmen kecil BNI adalah sektor perdagangan (eceran) dengan komposisi 62% dari total NPL di bulan Januari 2021.

Pihaknya menyebut, tahun ini perseroan akan tetap menyalurkan kredit UKM khususnya kredit kecil. Namun, dengan menjalankan prinsip kehati-hatian serta pengelolaan kualitas kredit. "Antara lain dengan ketepatan pemberian restrukturisasi kredit sebagai salah satu upaya menjaga NPL di tingkat yang aman," katanya kepada Kontan.co.id, Jumat (5/3) lalu. 

Baca Juga: Bakal RUPST akhir Maret, dirut BCA Syariah masuk bursa calon direktur BBCA

Selain itu, BNI juga hanya akan fokus berekspansi ke sektor-sektor unggulan lokal dan tahan terhadap terpaan pandemi. Salah satunya pertanian, dan sektor turunan kesehatan. "BNI juga berkomitmen untuk meningkatkan ekspansi kredit segmen kecil/UMKM kepada sektor produksi serta industri yang memiliki orientasi ekspor dan padat karya," imbuh Bambang. 

Sementara itu, sang penguasa pasar kredit UMKM yakni PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) mengatakan, pihaknya masih berhasil menjaga posisi NPL terjaga tahun lalu. Sekretaris Perusahaan BRI Aestika Oryza Gunarto menjelaskan, hingga akhir Desember 2020 NPL UMKM BRI ada di level 1,84%. Jauh lebih rendah dari industri. 

Pun, rasio tersebut masih lebih rendah sedikit dari posisi Desember 2019 yang sebesar 1,98%. "Sektor yang menyumbang NPL terbesar yakni pertambangan dan penggalian, perikanan dan industri pengolahan," terangnya. 

Bank terbesar di Indonesia ini juga berkomitmen untuk menggawangi laju NPL agar bisa melandai. Tapi di sisi lain, BRI juga bakal terus mendorong penyaluran kredit. Terutama pada sektor yang masih tetap tumbuh, antara lain sektor pangan, pertanian, obat-obatan dan alat kesehatan.

Kembali pada data industri, OJK mencatat NPL kredit UMKM tertinggi terjadi pada kelompok Bank Pembangunan Daerah (BPD) dengan posisi 9,09% per 2020. Meningkat signifikan dari akhir tahun sebelumnya yang sebesar 7,88%. Sementara realisasi kredit UMKM BPD tercatat terkontraksi -6,11% yoy menjadi Rp 70,65 triliun.

Baca Juga: OJK dan IJK serahkan bantuan penanganan covid dan bencana sebesar Rp 4,29 miliar

Sekretaris Perusahaan PT BPD Sumatera Utara Tbk (Bank Sumut) Syahdan Siregar menyebut, sampai dengan periode Februari 2020 posisi NPL UMKM masih cukup terjaga di level 2,75%. Posisi itu praktis masih lebih rendah dibandingkan rata-rata industri maupun BPD. 

Sayangnya, Syahdan tidak menjelaskan secara rinci laju pertumbuhan NPL di perseroan. Yang jelas, menurutnya sektor ekonomi penyumbang NPL terbesar di UMKM saat ini adalah perdagangan besar dan eceran.

Adapun, merujuk pada data OJK total NPL UMKM di sektor perdagangan besar dan eceran tercatat sebesar 3,35% akhir tahun lalu. Sedikit meningkat dari tahun 2019 yang sebesar 3,37%. Walau terbilang rendah dari sisi NPL, wajar kalau sektor ini menjadi penyumbang terbesar NPL. Sebab, sektor perdagangan memang mendominasi kredit UMKM dengan realisasi sebesar Rp 505,33 triliun atau sekitar 49,46% dari total kredit UMKM. 

Selanjutnya: Meski masih tertekan, Bank bakal terus memacu kredit modal kerja di sepanjang 2021

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×