Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Dessy Rosalina
YOGYAKARTA. Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) menilai, tren dana penjaminan simpanan di dunia mengalami peningkatan dalam periode 10 tahun terakhir. Hal ini merupakan imbas dari krisis keuangan global yang terjadi pada tahun 2007-2008 silam.
Sekretaris Jenderal International Association Deposit of Insurance (IADI) David Walker menuturkan, rata-rata lembaga penjaminan simpanan dari berbagai negara menaikkan cakupan dana simpanan dari US$ 39.290 pada 2009 menjadi US$ 89.987 pada 2016.
"Krisis global keuangan pada 2007-2008 menunjukkan peran lembaga penjamin simpanan menjadi penting dalam stabilitas keuangan," ujar David di Yogyakarta, Rabu (19/7)
Lebih lanjut, kata David, setiap negara memiliki kebijakan tersendiri dalam menjaga stabilitas di wilayahnya saat terjadinya krisis keuangan global. Ada beberapa yang yang merubah, namun ada juga yang tidak mengubah kebijakan dalam penjaminan dana simpanan seperti yang terjadi di Indonesia, Jepang dan Korea Selatan.
Kendati demikian, beberapa negara lain justru memutuskan untuk mengubah sistem penjaminan simpanan. Ambil contoh Australia dan Inggris. "Beberapa lainnya mengambil kebijakan sementara seperti Irlandia, Hong Kong, Malaysia dan Singapura dengan melihat kondisi keuangan," tutur dia.
Kendati demikian, IADI menilai mayoritas LPS di dunia lebih fokus pada penyelamatan bank dengan skala kecil hingga menengah. Namun khusus pada bank dengan skala besar dinilai masih membutuhkan skema bail in.
Sebelumnya, Ketua Dewan Komisioner LPS Halim Alamsyah menyatakan, kenaikan cakupan dana penjaminan simpanan terjadi di semua kawasan mulai dari Amerika, Amerika Utara, Eropa hingga Asia Pasifik.
Pembahasan cakupan dana penjaminan simpanan ini menjadi yang dibahas para peserta Pertemuan Tahunan, Workshop Regional and Konferensi Internasional International Association of Deposit Insurers Asia Pacific Regional Committee (IADI APRC) ke-15 yang berlangsung di Yogyakarta pada 17 sampai 20 Juli 2017.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
