kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kredit kecil dan menengah masih berisiko


Rabu, 21 Februari 2018 / 06:33 WIB
Kredit kecil dan menengah masih berisiko
ILUSTRASI. ilustrasi kredit UKM Bank BNI


Reporter: Yoliawan H | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penyaluran kredit komersial sektor usaha kecil dan menengah (UKM) memang menjadi ladang favorit perbankan. Namun, kredit sektor ini juga menjadi penyumbang kenaikan kredit bermasalah alias non performing loan (NPL).

Menurut catatan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), rasio kredit bermasalah kredit UKM per November 2017 tercatat sebesar 4,33%, naik bila dibandingkan tahun 2016 sebesar 3,96%.

PT Bank Mandiri Tbk mengakui, pada tahun 2016 hingga tahun 2017 kualitas kredit UKM memang menurun. Direktur Ritel Bank Mandiri, Tardi mengatakan, dalam situasi ekonomi yang datar, segmen menengah ini yang akan terkena dampak paling besar.

Menurutnya, pada saat ekonomi booming di 2013 dan 2014, sektor UKM menambah investasi dan modal kerja karena mereka memiliki ekspektasi tinggi. Namun, rupanya ekonomi melambat di 2015.

"Kemudian mulai terkena dampaknya di 2015 yang terlihat dari over leverage. Dampak itu berlanjut sampai dengan tahun 2016 dan 2017 dengan terus naiknya NPL, jelas Tardi, Selasa (20/2).

Bank Mandiri juga merasakan dampak tersebut sehingga di 2016 sampai tahun 2017, kualitas kredit di segmen UKM menurun.

Tahun lalu, Bank Mandiri melakukan konsolidasi dan mengerem kredit UKM. Berdasarkan laporan keuangan bank per Desember 2017, pertumbuhan kredit kecil Bank Mandiri, semisal, hanya 1,3%. Dari sisi NPL, tercatat kredit kecil sebesar 3,79%.

Tardi enggan menyebutkan target kredit UKM di tahun ini. Namun, kemungkinan sudah mulai tumbuh walau masih konservatif.

Catur Budi Harto, Direktur Bisnis Kecil dan Jaringan UMKM PT Bank Negara Indonesia (BNI) melihat, kualitas kredit sektor UMKM dan sektor lain di BNI masih sama baik. Secara risiko, kredit di sektor ini bisa lebih tersebar.

Kendati demikian NPL segmen kredit kecil dan menengah BNI memang masih terbilang paling besar yakni 2,7% dan 2,8%. Namun, angka tersebut jauh membaik dari tahun 2016 yang sebesar 3,6% dan 3,4%.

Untuk memitigasi risiko, kehati-hatian tetap menjadi prioritas BNI. Mulai tahun lalu, BNI telah menerapkan program kredit disiplin dalam memproses kredit.

Kami menggarap dengan sistem kluster agar ada kontrol yang lebih baik. Bisnis model kami arahkan ke closed loop agar rantai nilai tercipta, ujar Catur, Selasa (20/2).

Bank lain yakni PT Bank Permata Tbk masih optimistis, kredit sektor UMKM tetap prospektif. Bank ini , menargetkan kredit UMKM dapat tumbuh di atas 10% pada tahun ini.

Bianto Surodjo, Direktur Retail Banking Bank Permata menjelaskan, untuk meraih target tersebut, pihaknya menyiapkan sejumlah strategi dengan meluncurkan beragam inovasi produk funding, lending dan transaksional untuk memenuhi kebutuhan keuangan yang menyeluruh. "Kami juga tingkatkan digitalisasi layanan dan memperbanyak jangkauan cabang-cabang yang melayani bisnis UMKM," ujar Bianto, Selasa (20/2).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×