kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,20   -16,32   -1.74%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Lelang swap valas akan lebih dari sekali seminggu


Rabu, 20 November 2013 / 21:25 WIB
Lelang swap valas akan lebih dari sekali seminggu
ILUSTRASI. Petugas melayani pengisian bahan bakar minyak (BBM) di SPBU Pramuka, Jakarta, Rabu (29/6/2022). Penambahan Kuota BBM Subsidi Tak Memungkinkan, Pemerintah Diminta Awasi Kebocoran.


Reporter: Margareta Engge Kharismawati |

JAKARTA. Instrumen moneter Bank Indonesia (BI) yakni lelang swap valuta asing (valas) direncanakan akan ditambah frekuensinya. BI melihat instrumen ini bagus untuk menciptakan pasar valas yang lebih sehat sehingga dapat menjadi obat yang efektif bagi rupiah.

Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan lelang swap akan terus dijalankan dan frekuensinya kemungkinan akan ditingkatkan dari sebelumnya yang hanya seminggu sekali. Instrumen yang perdana dilakukan pada 18 Juli 2013 kemarin ini adalah instrumen yang sedang didorong BI.

"Forex swap memberikan satu kepastian bagi masyarakat yang ingin melepas valasnya," ujarnya, Rabu (20/11). Kepastian ini terkait  valas yang dilepas masyarakat tersebut akan dipastikan untuk memperolehnya kembali di periode yang akan datang. Ini tentu berpengaruh juga terhadap perdagangan dan investasi.

Melihat baiknya instrumen ini, Agus pun mengimbau bank-bank komersial untuk bisa menawarkan forex swap. Di sisi lain, lelang ini laris manis.

Direktur Eksekutif Komunikasi BI Difi Johansyah menjelaskan dengan banyaknya peminat lelang dengan tenor satu dan tiga bulan ini, menandakan banyak investor yang mau masuk ke Surat Utang Negara (SUN). Capital inflow pun menjadi tinggi.

Kepala Ekonom BNI Ryan Kiryanto menyambut positif rencana BI ini. Langkah memperbanyak frekuensi lelang swap dianggap sebagai langkah terobosan dari BI.

Menurut Ryan, dengan semakin seringnya lelang ini dilakukan maka perdagangan atau pertukaran mata uang menjadi lebih dinamis dan liquid. Sehingga, ini akan membantu pedalaman pasar uang kita dan dapat menstabilisasi pergerakan kurs rupiah.

Rupiah yang masih dalam trend melemah sekarang ini, dijelaskan Ryan, akibat dari masalah fundamental yang saat ini mendera Indonesia. "Current account defisit dan inflasi," tuturnya.

Kalau dua masalah tersebut tidak dapat diselesaikan pemerintah, pelaku pasar tetap akan berikan sentimen negatif terhadap rupiah. Dalam hal ini, memang butuh waktu bagi pemerintah dan BI untuk menyelesaikan persoalan fundamental tersebut.

Sehingga rupiah diperkirakan hingga akhir tahun masih akan berada di level 11.400-11.600. Di sisi lain, Ekonom Universitas Indonesia (UI) Enny Sri Hartati mengungkapkan instrumen-instrumen lain di luar BI rate seperti lelang swap ini adalah instrumen yang seharusnya dilakukan BI.

Instrumen ini bagus untuk memperkuat rupiah dan memperdalam kondisi cadangan devisa (cadev). Apalagi di akhir tahun kebutuhan akan valas sangat besar karena jatuh tempo pembayaran bunga utang banyak terjadi di akhir tahun.

Menurut Enny, rupiah yang melemah saat ini bukan disebabkan lelang swap yang tidak efektif. Melainkan karena pekerjaan rumah pemerintah yang belum dibereskan, terutama pekerjaan rumah defisit transaksi berjalan.

Karena itu, Direktur Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) ini memperkirakan rupiah masih akan bergerak di 10.500-11.000 hingga akhir tahun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×