kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Multifinance siap bertahan hidup


Rabu, 09 Januari 2013 / 10:47 WIB
Multifinance siap bertahan hidup
ILUSTRASI. Bayi menangis


Reporter: Mona Tobing |

JAKARTA. Aturan fidusia dan kenaikan uang muka kredit kendaraan bermotor menjadi momok industri perusahaan pembiayaan di sepanjang 2013. Dua multifinance  bersiap dengan menggandeng grup besar.

Al  Ijarah Indonesia Finance (Alif) misalnya memantapkan kerja sama dengan Bank Muamalat. Bank syariah itu  menjadi induk. Sedangkan HD Finance menggandeng perusahaan distributor alat berat Amerika Serikat, PT Tiara Marga Trakindo (Harian KONTAN, 8 Januari 2013)

Akuisisi dan afiliasi menjadi cara perusahaan pembiayaan bertahan dan mengembangkan diri. Suhartono, Direktur Utama Federal International Finance (FIF), mengatakan, ada dua pilihan yang bisa dilakukan multifinance, yaitu memiliki induk usaha dan penambahan modal.

Biasanya untuk bisa mendapat suntikan modal besar dan mendapat limpahan konsumen, perusahaanmultifinance harus memiliki induk usaha perbankan atau terafiliasi dengan produsen otomotif alias Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM), "Multifinance sulit mendapatkan pasar jika tidak memiliki captive market," kata Suhartono.

FIF terafiliasi dengan Grup Astra. Perusahaan ini terbukti tidak goyah walau diterjang berbagai hambatan, seperti kenaikan uang muka kendaraan dan aturan fidusia . Dengan induk perusahaan besar, FIF mampu menjaga pertumbuhan pembiayaan dan kesehatan keuangannya.

FIF tahun ini yakin, bisa membiayai 1,2 juta sepeda motor baru dan 250.000 motor bekas.  KONTAN mencatat, hingga Desember 2012, FIF telah mengucurkan pembiayaan hingga Rp 20,5 miliar.

Sulit bersaing

Aturan fidusia membuat perusahaan pembiayaan kesusahan menarik benda jaminan berupa kendaraan bermotor jika Kantor Pendaftaran Fidusia belum menerbitkan sertifikat jaminan dan menyerahkan ke perusahaan pembiayaan.

Kenaikan upah minimum provinsi (UMP) juga dikhawatirkan bakal membuat bisnis ini semakin terpuruk. Dengan berbagai hambatan itu, perusahaan multifinance akan sulit bersaing di pasar otomotif dan memperoleh pendanaan murah. Multifinance yang tidak terafiliasi dengan bank akan cenderung mendapatkan bunga lebih mahal

Herbudhi S. Tomo, Direktur Utama Alif, bilang saat ini masih menunggu financial advisor, Mandiri Sekuritas (Mansek) untuk mencari peminat sisa saham kepemilikan Alif. "Sebanyak 51% saham Alif akan dimiliki Bank Muamalat. Sisanya, 49% sedang dicari oleh Mansek untuk dimiliki ATPM," katanya.

Ninoy T. Matheus, Direktur Utama Bima Multifinance mengakui dengan memiliki grup perbankan, multifinance akan aman secara pendanaan dan akan mendapatkan rate bunga murah. Namun, menurut Ninoy, hal itu akan membuat multifinance lokal sulit bersaing. Sedang Wiwie Kurnia, Ketua Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) menilai, merger dan akuisisi bukan jalan satu-satunya untuk bertahan. Perbaikan manajemen internal juga penting.                     n

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×