kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

6 Faktor Ini Disebut Berpengaruh Terhadap Industri Perbankan di Indonesia


Sabtu, 04 Februari 2023 / 19:07 WIB
6 Faktor Ini Disebut Berpengaruh Terhadap Industri Perbankan di Indonesia
ILUSTRASI. Tren industri perbankan di Indonesia akan dipengaruhi oleh 6 faktor . KONTAN/Baihaki/18/6/2015


Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia atau BRI Sunarso menyampaikan, tren industri perbankan di Indonesia akan dipengaruhi oleh enam faktor utama.

Pertama, yakni bonus demografi penduduk. Menurutnya, tren jumlah penduduk usia produktif akan meningkat mencapai 64% pada 2030.

"Ini sudah barang tentu akan menjadi aset yang baik apabila kita bisa mengelolanya dengan lebih produktif," saat RDP bersama DPR RI, Senin (30/1).

Kemudian, kata Sunarso perbankan juga akan dipengaruhi oleh perubahan perilaku nasabah. Dimana transaksi digital payment meningkat lebih dari 30% sedangkan transaksi cash turun 10%.

Ketiga, yakni implementasi Environmental, Social and Governance (ESG), dimana concern investor terhadap aspek ESG berpengaruh terhadap perubahan tata kelola dan bisnis perusahaan, khususnya di industri keuangan.

Baca Juga: Asbisindo Optimis Industri Perbankan Syariah Tetap Tumbuh Double Digit

Sunarso menuturkan, sebelum terjadinya krisis akibat perang Ukraina-Rusia, banyak sekali investor yang mengirim surat kepada pihaknya, meminta  perhatiannya agar pihaknya concern menerapkan prinsip-prinsip ESG.

Faktor keempat yang akan berpengaruh kepada industri perbankan adalah, low interest rate environment. Dimana tren penurunan credit yield berdampak pada penurunan NIM yang semakin tertekan. "Kami punya gambaran bahwa di tahun 2010 NIM berada di atas 10% sementara di 2022 hanya 6%  saja," ucapnya.

Selanjutnya, faktor kelima, yakni utilitasi data dan teknologi. Jadi, bagaimana penggunaan data analytics mempercepat proses bisnis credit underwriting dan marketing. Faktor keenam yang pihaknya analisis, yakni kompetisi fintech. Dimana persaingan semakin ketat seiring dengan kehadiran pemain non bank seperti fintech.

Untuk itu pihaknya di BRI Group menerapkan simulasi yang harus pihaknya lakukan, kemudian menyusun alternatif-alternatif strategi yang harus kita pedoman.

Pertama, kata Sunarso, apabila ekonomi pulih inflasi naik, namun kualitas pinjaman memburuk, BRI akan mempercepat proses write-offs untuk recovery rate yang lebih tinggi.

Selanjutnya, BRI akan menurunkan coverage ratio, enhance risk based pricing model untuk meningkatkan daya saing produk, dan Loan Portfolio Guideline (LPG) yang lebih mengendur, sebagai pedoman untuk strategi pertumbuhan.

Ketiga, apabila ekonomi tetap stagnan dan inflasi naik, namun kualitas pinjaman memburuk, BRI akan tumbuh secara terbatas dengan pengaturan LPG yang sangat ketat. Kemudian mempertahankan coverage yang tinggi dan pemantauan kualitas pinjaman yang intensif.

 

"Selain itu, BRI melakukan simulasi dan stress test secara berkesinambungan," ujarnya.

Terakhir, apabila ekonomi tetap stagnan dan inflasi terkendali, serta kualitas pinjaman membaik. BRI melakukan strategi dengan tumbuh secara selektif, LPG yang diatur secara moderate, dan mempertahankan coverage ratio yang tinggi. 

"Selain itu, mempertahankan coverage yang tinggi dan pemantauan kualitas pinjaman yang intensif, juga melakukan simulasi dan stress test secara berkesinambungan," pungkas Sunarso.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×