Reporter: Umi Kulsum | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - NUSA DUA. Kendati indeks harga saham gabungan (IHSG) terus melaju dari awal tahun, Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) memprediksi para pelaku tidak akan memperbesar investasi saham dalam waktu dekat.
Sebagai gambaran, data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, hingga Agustus 2017, portofolio saham asuransi jiwa terus naik sejak awal tahun dari Rp 111,23 triliun menjadi Rp 129,32 triliun. Ini artinya telah meningkat 16,26% secara year to date (ytd).
Direktur Eksekutif AAJI Togar Pasaribu menjelaskan, instrumen saham merupakan investasi jangka panjang. Biasanya ini dipilih untuk jangka waktu 10 sampai 20 tahun ke depan, sehingga ini sudah masuk dalam bussiness plan perusahaan asuransi jiwa sejak awal tahun.
Dengan begitu, melajunya indeks tak membuat pelaku asuransi jiwa gegabah untuk cepat-cepat memperbesar saham dalam waktu dekat. Apalagi investasi di saham merupakan instrumen yang berisiko tinggi. "Beda kalau reksadana yang risikonya rendah, lalu obligasi yang cenderung aman. Maka itu, cukup hati-hati masuk saham," ungkap Togar di Nusa Dua Bali, akhir pekan lalu.
Lebih lanjut, menurut Togar biasanya dengan indeks yang melaju perusahaan asuransi jiwa memilih investasi yang menarik namun tidak berisiko tinggi semisal reksadana. Lalu, perusahaan asuransi jiwa juga cenderung lebih teratur dalam memarkirkan dana investasinya di masing-masing instrumen. "Tidak sembarangan, sudah ada aturannya masing-masing dan tentunya disiplin," imbuh Togar.
Sebelumnya, Plt Direktur Utama BNI Life Insurance Geger N. Maulana mengatakan, alokasi investasi saham anak usaha Bank BNI ini berkisar antara 5%-10%. Porsi ini menurutnya tergantung dari kondisi pasar modal dan bersifat jangka menengah atau panjang.
Geger masih wait and see terhadap kondisi pasar modal dalam negeri sehingga tidak agresif memperbesar porsi investasi di instrumen saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News