kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ada pandemi, fintech project financing kebanjiran permintaan pendanaan


Selasa, 30 Juni 2020 / 18:36 WIB
Ada pandemi, fintech project financing kebanjiran permintaan pendanaan
ILUSTRASI. Inovasi keuangan digital klaster fintech project financing kebanjiran permintaan pendanaan pada masa pandemi Covid-19


Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Inovasi keuangan digital (IKD) klaster fintech project financing kebanjiran permintaan pendanaan pada masa pandemi Covid-19. Salah satu penyelengga yakni PT Likuid Jaya Inovasi mengakui adanya lonjakan permintaan pendanaan dari industri kreatif 300% sepanjang Maret hingga Mei 2020.

Chief Executive Officer dan Founder Likuid Kenneth Tali menyatakan, tidak semua permintaan pendanaan bakal difasilitasi oleh Liquid. Lantaran Liquid harus melakukan due diligence dan kurasi terhadap permintaan pendanaan yang masuk.

Likuid Projects sendiri fokus pada enam sub sektor industri kreatif yakni entertainment berupa film dan event, food and beverage, teknologi, fitness and health, beauty, dan e-sport. Dalam waktu dekat, Likuid Projects bakal meluncurkan pendanaan proyek pembuatan film Indonesia.

Hingga saat ini sudah terdapat dua pembiayaan proyek yang sudah dijalankan oleh Likuid Projects. Pertama, proyek Solusi Teknologi PLN milik PT Tesla Daya Elektrika yang menghimpun pendanaan Rp 250 juta. Proyek ini telah didanai oleh 14 kolaborator (investor).

Baca Juga: Investree telah menyalurkan pinjaman Rp 4,8 triliun hingga akhir Juni ini

Kedua, proyek Social Card Game untuk platform HAGO milik PT Langit Impian. Proyek ini menargetkan dapat menghimpun pendanaan senilai Rp 780 juta. Hingga saat ini sudah terdapat 41 kobalorator (investor) dengan jumlah dana senilai Rp 505,2 juta.

“Sistemnya pemilik proyek mendaftkan, lalu kita pilih yang mana yang di-follow up, lalu interview dan due diligence project. Bila oke, maka kita masukan ke campaign pengumpulan dana selama 2 bulan. Bila proyek  terdanai, maka uang dari kolaborator di transfer ke pemilik proyek. Kalau tidak tercapai, maka uang kolaborator akan dikembalikan,” ujar Kenneth, Selasa (30/6).

Bila proyek sudah berjalan, maka kolaborator akan mendapatkan bagi hasil sesuai dengan kesepakatan awal. Skema pembagian hasil juga beragam ada yang sekali di akhir proyek ada juga yang per tiga atau enam bulan.

Sebelum adanya Pandemi Covid-19, Likuid Projects menargetkan dapat menghimpun pendanaan hingga Rp 40 miliar. Kenneth merevisi bisnis dengan menargetkan agar bisa memfasilitasi pendanaan di setiap sub sektor industri kreatif yang menjadi fokus perusahan.

PT Likuid Jaya Inovasi sendiri diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sejak akhir 2019 lalu. Perusahaan ini telah tercatat sebagai Penyelenggara Inovasi Keuangan Digital dibawah klaster regulatory sandbox Project Financing no. S-171 / MS.72 / 2019 di regulator.

Kenneth mengaku hingga saat ini, kolaborator masih berasal dari segmen ritel. Ia bilang belum ada pengenaan biaya bagi kolaborator saat nenempatkan dananya. Sedangkan untuk monetisasi perusahaan, Ia menyebut mengenakan biaya 2% hingga 5% dari setiap proyek yang berhasil didanai.

Selain menjalankan bisnis fintech project financing, Likuid Projects juga tengah mengajukan izin untuk menjalankan bisnis fintech equity crowdfunding. Kenneth menyebut hingga saat ini proses izin masih berlangsung di OJK.

Baca Juga: Permintaan pinjaman di fintech lending UangTeman mengalami peningkatan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×