Reporter: Ferry Saputra | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah perusahaan asuransi umum menilai masih ada tantangan yang berpotensi mempengaruhi kinerja lini bisnis asuransi marine cargo.
Mengenai hal itu, PT Great Eastern General Insurance Indonesia (GEGI) menyebut salah satu tantangannya, yakni sanksi yang diberikan kepada Rusia oleh Negara Barat dan Uni Eropa.
Marketing Director Great Eastern General Insurance Indonesia Linggawati Tok menerangkan, sanksi itu cukup berimbas kepada ekspor-impor komoditi gandum dan pupuk yang cukup besar ke Indonesia.
Baca Juga: Perdagangan Internasional Tumbuh, Pebisnis Logistik Harus Piawai Memilih Asuransi
Adapun pembatasan kegiatan ekpor dari Rusia ke Indonesia sangat terasa di asuransi marine cargo. Dia bilang lini bisnis asuransi marine cargo juga cukup terdampak perang Rusia-Ukraina yang masih belum menemui titik penyelesaian hingga saat ini.
"Begitu juga situasi di Timur Tengah sangat memengaruhi arus barang dari dan ke wilayah tersebut. Selain itu, fluktuasi nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat yang melemah memengaruhi permintaan barang dari luar negeri yang menjadi makin mahal," kata Linggawati kepada Kontan, Jumat (12/7).
Meskipun demikian, Linggawati menyebut lini bisnis asuransi cargo masih memiliki prospek yang cerah ke depannya. Dia pun menyebut GEGI sangat optimistis dengan potensi asuransi marine cargo.
"Hal itu juga seiring dengan meningkatnya kebutuhan domestik rumah tangga dan meningkatnya investasi atau pembukaan kawasan industri baru di Indonesia. Begitu juga dengan meningkatnya arus barang ekspor dan impor dari dan ke Indonesia, tentu akan meningkatkan kebutuhan asuransi marine cargo," ungkapnya.
Baca Juga: Premi Asuransi Kargo Laut di Indonesia Masih Tumbuh Positif
Terkait kinerja, Linggawati mengatakan pendapatan premi dari asuransi marine cargo sebesar Rp 45 miliar pada Semester I-2024. Nilai itu meningkat sebesar 20%, jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Linggawati menerangkan pertumbuhan premi tersebut disebabkan peningkatan volume pengiriman kargo baik domestik maupun ekspor-impor.
Dia bilang pengiriman kargo domestik didominasi jenis kargo kebutuhan pokok, seperti beras, gula, dan produk makanan dan minuman. Adapun pengiriman kargo ekspor-impor didominasi oleh barang-barang, seperti bahan makanan dan olahan, mesin industri, material kontruksi, dan hasil pertambangan.
Linggawati menyampaikan Great Eastern General Insurance Indonesia menargetkan pendapatan premi asuransi marine cargo bisa mencapai Rp 96 miliar. Pada Semester I-2024, perusahaan telah mencapai 47% dari total target sepanjang 2024.
Baca Juga: Jasindo Catat Pendapatan Premi Asuransi Marine Cargo Rp 20,7 Miliar Per Mei 2024
Untuk mencapai target tersebut, Linggawati mengatakan pihaknya berharap bahwa konflik Rusia-Ukraina bisa mereda dan segera selesai.
Dengan demikian, impor dari kedua negara tersebut, terutama untuk gandum dan bahan pupuk, dapat dibuka kembali dengan lancar, begitu juga dengan keamanan di kawasan Timur Tengah.
"Kami juga berharap bahwa nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat menjadi stabil sehingga volume permintaan arus barang menjadi menguat kembali. Selain itu, kami berharap sektor industri domestik menguat sehingga meningkatkan arus perdagangan domestik," tuturnya.
Linggawati juga menyebut GEGI menargetkan dapat meraih volume premi yang signifikan dari pengiriman barang antarpulau di Indonesia baik dari sektor kebutuhan pokok maupun pengiriman hasil-hasil pertambangan untuk diolah di dalam negeri, serta kargo material konstruksi untuk pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) dan kawasan industri lainnya.
Baca Juga: Pendapatan Premi Asuransi Marine Cargo Great Eastern Rp 45 Miliar di Semester I-2024
Dari ekspor-impor, dia menyampaikan GEGI menargetkan dapat meraih kenaikan premi dari ekspor Crude Palm Oil (CPO) dan turunannya, serta dapat meraih kenaikan impor bahan makanan dan minuman dari kawasan Eropa dan Asia Pasifik.
Seirama dengan GEGI, PT Asuransi Jasa Indonesia (Asuransi Jasindo) menilai sebenarnya asuransi marine cargo sudah menghadapi sejumlah tantangan.
Sekretaris Perusahaan Asuransi Jasindo Brellian Gema menyebut salah satunya ada penurunan nilai ekspor pada awal tahun ini sehingga memengaruhi juga kinerja asuransi marine cargo.
"Namun, kami yakin, pada semester II-2024, asuransi marine cargo akan kembali naik," ujarnya kepada Kontan, Kamis (12/7).
Gema tak memungkiri masih ada tantangan ke depannya yang harus diwaspadai terkait asuransi marine cargo. Salah satunya, daya beli yang mengalami naik-turun di Indonesia sehingga berimbas terhadap kinerja pengiriman barang. Sebaliknya, dia menyebut apabila daya beli masyarakat tumbuh, tentu pasar asuransi marine cargo akan naik signifikan.
Baca Juga: Pelindo Bertransformasi Tingkatkan Layanan di Sektor Pelabuhan Non-Petikemas
"Selain itu, lalu lintas perdagangan atau ekspor-impor juga mempunyai andil. Mau tidak mau, faktor geopolitik menjadi salah satu hal yang memengaruhi juga," tuturnya.
Meskipun demikian, dari sekian banyak tantangan yang ada, Gema menilai pemerintah Indonesia sudah membantu pertumbuhan asuransi marine cargo melalui regulasi yang dikeluarkan sejak 2018. Regulasi itu mengatur kewajiban penggunaan asuransi dalam negeri untuk kegiatan ekspor barang.
Untuk prospek tahun ini, Gema melihat potensi asuransi marine cargo masih bagus. Hal itu terbukti dari peningkatan pencapaian perusahaan per Mei 2024. Gema menerangkan per Mei 2024, pendapatan premi asuransi cargo perusahaan mencapai Rp 20,7 miliar. Nilai itu tumbuh 6,97%, jika dibandingkan periode sama tahun sebelumnya.
Setali tiga uang, PT Asuransi Asei Indonesia juga menilai ada sejumlah tantangan yang harus diwaspadai. Kepala Divisi Transformasi dan Inistiatif Strategic Asuransi Asei Indonesia Wahyudin Rahman mengatakan, salah satunya kondisi geopolitik dan kebijakan politik luar negeri yang masih menjadi ancaman bagi lini bisnis asuransi marine cargo, meskipun dalam klasula pada asuransi marine cargo masih terdapat pengecualian untuk kondisi tersebut.
Selain itu, Wahyudin menyebut setidaknya ada 3 tantangan lain yang perlu diwaspadai. Pertama, kompleksitas risiko, yakni risiko maritim yang kompleks dan sulit diprediksi membutuhkan penilaian risiko yang cermat.
"Kedua, regulasi, yaitu kepatuhan terhadap regulasi internasional dan lokal yang terus berkembang dan perlu penyesuaian terhadap term and condition pada polis marine cargo," ungkapnya.
Baca Juga: Ekspor Impor Melesat, Premi Marine Cargo Menguat
Ketiga, Wahyuding bilang adanya persaingan harga, yakni persaingan antarperusahaan asuransi dalam menawarkan premi marine cargo sangat kompetitif. Dengan demikian, perlu diantisipasi untuk menciptakan iklim yang sehat.
Secara keseluruhan, Wahyudin menyebut prospek asuransi marine cargo di Indonesia terlihat cerah dengan adanya dukungan dari berbagai aspek ekonomi baik peningkatan ekspor-impor dan perdagangan internasional. Selain itu, adanya aspek infrastruktur, seperti pembangunan pelabuhan dan tol laut.
"Ditambah adanya aspek regulasi atau peraturan penggunaan asuransi marine cargo dan kewajiban kontrak kerja," katanya.
Mengenai kinerja, Asei mencatatkan total pendapatan premi asuransi marine cargo sebesar Rp 3,8 miliar sampai Juni 2024. Nilai itu mengalami pertumbuhan signifikan sebesar 294%, jika dibandingkan periode sama tahun lalu.
Wahyudin menyebut Asei menargetkan pendapatan premi marine cargo pada tahun ini bisa mencapai Rp 10 miliar.
Untuk mencapai target tersebut, dia bilang pada Semester II-2024, ASEI akan melakukan booster penjualan produk marine cargo melalui pemasaran langsung ke calon tertanggung, termasuk jenis usaha forwarder.
Namun, Wahyudin berpendapat tidak menutup sumber bisnis lainnya juga menjadi fokus perusahaan, seperti melalui agen dan broker, untuk ditingkatkan dengan sales portofolio basis.
Sebagai informasi, berdasarkan data Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI), asuransi marine cargo membukukan pendapatan premi sebesar Rp 1,76 triliun pada kuartal I-2024. Nilai itu tumbuh 18,6% secara Year on Year (YoY).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News