kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.606.000   -1.000   -0,06%
  • USD/IDR 16.265   -85,00   -0,53%
  • IDX 7.073   -92,58   -1,29%
  • KOMPAS100 1.039   -16,65   -1,58%
  • LQ45 818   -13,93   -1,67%
  • ISSI 212   -2,57   -1,20%
  • IDX30 421   -5,97   -1,40%
  • IDXHIDIV20 506   -5,92   -1,16%
  • IDX80 118   -2,08   -1,73%
  • IDXV30 121   -1,72   -1,40%
  • IDXQ30 139   -1,80   -1,29%

AFPI Sebut Fintech Lending Buka Lapangan Kerja 362.000 Orang dan Kurangi Kemiskinan


Kamis, 30 Januari 2025 / 17:15 WIB
AFPI Sebut Fintech Lending Buka Lapangan Kerja 362.000 Orang dan Kurangi Kemiskinan
ILUSTRASI. AFPI menyampaikan bahwa industri fintech peer-to-peer (P2P) lending berhasil membawa dampak positif bagi masyarakat.


Reporter: Nadya Zahira | Editor: Tri Sulistiowati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) menyampaikan bahwa industri fintech peer-to-peer (P2P) lending berhasil membawa dampak positif bagi masyarakat. 

Ketua Klaster Pendanaan Produktif AFPI, Tofan Saban menyebutkan, salah satu dampak positif tersebut yaitu membuka lapangan pekerjaan baru bagi 362.000 orang dan membantu mengurangi jumlah masyarakat miskin sebanyak 177.000 orang. 

Ia menerangkan bahwa capaian tersebut berdasarkan hasil riset yang dilakukan Amartha dan Center of Economic and Law Studies (Celios). 

“Maka dengan pendanaan sektor produktif yang terus meningkat, tentunya berdampak pada sektor pekerjaan, penurunan kemiskinan, hingga produk domestik bruto (PDB) nasional yang meningkat," kata Tofan kepada awal media, ketika media gathering AFPI 2025 beberapa waktu lalu.

Baca Juga: WOM Finance Salurkan Pembiayaan ke Sektor Produktif Sebesar Rp 2 Triliun

Selain itu, Tofan menyebutkan bahwa riset tersebut juga mencatat industri fintech P2P lending berdampak positif pada peningkatan konsumsi rumah tangga sebesar Rp 8,94 triliun yang juga berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi nasional.

“Di mana, dalam kontribusinya pada PDB nasional, investasi dari fintech P2P lending dari berbagai sektor mampu berkontribusi hingga sebesar Rp 60 triliun terhadap PDB,” ungkapnya. 

Lebih jauh lagi, dia menuturkan bahwa industri fintech P2P lending telah mendorong pertumbuhan klaster usaha produktif atau UMKM di berbagai sektor. Kendati begitu, Tofan menyayangkan porsi pendanaan P2P lending saat ini masih didominasi pada sektor konsumtif. 

Asal tahu saja, berdasarkan data dari OJK, pada November 2024, outstanding pembiayaan fintech P2P lending naik sebesar 27,32% secara tahunan, menjadi senilai Rp 75,60 triliun.

Adapun persentase penyaluran pinjaman pada sektor produktif terhadap total pinjaman baru mencapai 30,91%. 

Ditambah, OJK juga menyampaikan bahwa penyaluran pembiayaan fintech P2P lending ke sektor produktif dan UMKM harus berada di kisaran 40%-50% mulai 2025 hingga 2026.

Hal itu tertuang dalam Roadmap Pengembangan dan Penguatan Industri Layanan Pendanaan Bersama Berbasis Teknologi Informasi (LPBBTI) periode 2023–2028.

“Sehingga hal ini menjadi PR di industri kami dengan adanya perkembangan regulasi dan lain-lain, kami tentunya terus memikirkan bagaimana caranya industri ini berjalan dengan baik, bisa dilakukan dengan tata kelola yang lebih baik dan nantinya apa yang kami cita-citakan bersama bisa benar-benar berjalan,” tandasnya.

Baca Juga: Outstanding Pembiayaan Fintech Lending Tumbuh 29,14% per Desember 2024

Selanjutnya: GLOBAL MARKETS - Stocks Gain as Megacap Earnings Land; Dollar Firm After Fed Pause

Menarik Dibaca: Fabil Natural Jawab Permintaan Pasar dengan Produk Terbaru Ini

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Bond Voyage Mastering Strategic Management for Business Development

[X]
×