Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Noverius Laoli
Seia sekata, PT Bank Panin Tbk juga terapkan strategi serupa. Tercatat per September 2020 total surat berharga yang dimiliki perseroan sudah mencapai Rp 36,72 triliun. Jumlah itu meningkat dari total periode sebelumnya sebesar Rp 18,09 triliun atau naik dua kali lipat.
Menurut Presiden Direktur Bank Panin Herwidayatmo, tentunya penempatan itu memang situasional. Sebab, sejatinya bila permintaan kredit dalam keadaan normal, bank tentunya akan memilih untuk menyalurkan kredit. Sedangkan di situasi pandemi, perbankan termasuk Bank Panin memilih untuk berhati-hati dan selektif dalam memberikan kredit.
"Mudah-mudahan situasi mulai membaik sebentar lagi, dan penyaluran kredit bisa berjalan lagi," katanya.
Sebagai gambaran saja, per September 2020 realisasi kredit Bank Panin memang mengalami kontraksi menjadi Rp 133,45 triliun dari periode setahun sebelumnya Rp 153,35 triliun atau turun 14,7% yoy.
Baca Juga: Bank Indonesia dan MAS perpanjang kerjasama keuangan bilateral US$ 10 miliar
Pria yang akrab disapa Herwid ini juga bilang, walau saat ini ekonomi masih berada dalam status resesi, pertumbuhan ekonomi di Indonesia perlahan mulai membaik. Walau pertumbuhan ekonomi masih terkontraksi 3,49%, menurutnya angka itu sedikit mengalami pemulihan atau rebound dari sebelumnya yang minus 5,32% di Kuartal II. Itu artinya, tanda pemulihan ekonomi dan juga kredit mulai terlihat.
Segendang sepenarian, Direktur PT Bank OCBC NISP Tbk Hartati juga mencatat per September 2020 pihaknya memiliki penempatan dana di surat berharga sebesar Rp 42,6 triliun. Angka itu tumbuh 34% dari periode yang sama tahun lalu. Adapun, jenis instrumennya antara lain Sertifikat Bank Indonesia (SBI), obligasi pemerintah dan obligasi korporasi.
Menurut perseroan, penempatan pada surat berharga saat ini memang menjadi alternatif. Terutama ketika penyaluran kredit belum dapat dilakukan secara optimal akibat kondisi perekonomian yang masih lesu dan permintaan terhadap kredit baru yang rendah.
Walau tidak dapat memprediksi, Hartati optimis penempatan dana itu bakalan berkurang seiring membaiknya iklim perekonomian. "Ke depannya penyaluran dana akan dapat dioptimalkan dalam bentuk penyaluran kredit," singkatnya.
Selanjutnya: Biar aman, OJK sarankan dana pensiun manfaatkan EBA sebagai instrumen investasi
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News